Sandra tidak dapat menyembunyikan kegembiraan yang ada dalam dirinya. Senyum mengembang selalu menghiasi wajahnya. Suaminya, David, seorang pengusaha muda terkemuka, menyiapkan kejutan untuk Sandra sebagai hadiah ulang tahun perkawinan mereka yang pertama. Ya, mereka hendak merayakan ulang tahun perkawinan mereka bersama. Kebersamaan mereka adalah suatu hal yang langka, karena kesibukan David sebagai seorang pengusaha sukses. Dengan menggunakan helikopter pribadi milik suaminya, mereka terbang menuju tempat kejutan tersebut berada. Mata Sandra yang tertutup menunggu dengan harap-harap cemas, David melarang membuka matanya hingga ia mengijinkan untuk membukanya. Saat-saat yang dinantikan akhirnya tiba, mereka sampai di tujuan. Setelah membimbing istrinya turun dari helikopter, David berbisik kepada istrinya,
“Sekarang kamu boleh buka matamu.”
Sandra membuka matanya, dan terkejut dengan pemberian suaminya. David memberinya sebuah villa di pegunungan sabagai hadiah ulang tahun pernikahan. Villa tersebut bergaya victorian. Tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil. Letak villa itu berada di ujung sebuah lembah, sehingga di belakang villa itu hanya terdapat sebuah jurang yang curam dan dalam. Villa tersebut dapat dikatakan terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk. Jika dikatakan sebagai sebuah villa, tempat itu tampak kurang dan sederhana sekali, tanpa taman yang menghiasi pekarangan, hanya sebuah menara tinggi yang menyerupai penangkal petir yang menghiasi belakang villa tersebut. Tapi di luar semua kekurangan itu, dari situ dapat dijumpai sebuah pemandangan pegunungan yang menakjubkan. Dan jika memberanikan diri untuk melihat ke dasar jurang, dapat terlihat sebuah sungai yang sedang mengalir di bawah sana. Sandra menyerbu ke dalam untuk melihat isinya villa tersebut diikuti oleh David dan anak buahnya yang membawa koper bawaan mereka. David lalu menunjukkan kamar tidur mereka. Sebuah kamar tidur yang luas disertai dengan kamar mandi di dalamnya. Di tengah ruangan terdapat ranjang klasik yang besar.
“Bagus, sayang, villanya bagus,” kata Sandra dengan senangnya. David hanya tersenyum melihat ulah istrinya itu.
“Kamu suka, sayang??” tanya David kepada istrinya.
“Suka, suuuuukkkkkaaa sekali, terima kasih ya, sayang” jawab Sandra.
“Kopernya di taruh di mana, pak?” tanya seorang anak buahnya.
“Letakkan di atas ranjang saja, nanti saya yang membereskan, terima kasih,” jawab Sandra.
“Sama-sama, bu,” jawab orang itu.
Lalu David bercerita asal-usul villa tersebut.
“Aku beli villa ini dua hari yang lalu. Aku membelinya dari temanku, kamu tahu kan Mr. Meier? Dia bercerita padaku dia membeli tanah ini sekitar 1985 an kalau tidak salah. Lalu sekitar tahun 1990 an, dia meminjamkannya kepada teman kuliahnya sewaktu di jerman untuk melakukan riset. Lalu Mr. Meier memberi kuasa kepada temannya itu untuk membangun tempat yang diperlukan untuk risetnya di tanah ini. Nah, jadilah villa ini.”
“Lalu kemana temannya itu sekarang?” tanya Sandra.
“Menurut Mr Meier, temannya itu dipulangkan ke Jerman oleh pihak imigrasi karena visanya sudah lewat lama sekali, kalau tidak salah sekitar tahun 1999,” jelas David.
“Lalu, riset apa yang sedang dikerjakan orang itu?” Sandra kembali bertanya.
“Kurang tahu, Mr. Meier pun tidak tahu apa yang dilakukan temannya itu, katanya dia selalu merahasiakan risetnya kepada dirinya. Jangan kan Mr. Meier, penduduk sini pun tidak tahu apa yang dikerjakan orang itu disini.”
“Kabarnya, teman Mr. Meier itu suka membawa mayat yang entah didapat dari mana,” David masih melanjutkan ceritanya,”Pernah, ada orang yang memergokinya membawa mayat kemudian melaporkan bule itu ke polisi, lalu polisi datang dan memeriksa seluruh isi villa dan tak menemukan apapun, bahkan sehelai rambutpun tidak ada. Sehingga kabar itu tak terbukti.”
Cerita David tersebut membuat Sandra bergidik.
“Kan kabar tersebut tidak terbukti toh?” jelas David mencoba untuk menenangkan istrinya.
“Lagipula kan ada aku yang menemani kamu, aku akan melindungi kamu,” sambung David yang lansung dijawab dengan peluk dan cium dari Sandra.
“Terima kasih ya sayang…,” kata Sandra.
“Aku belum sempat merenovasi villa ini, hanya membersihkan isi villa ini, nanti jika ada waktu aku akan minta temanku untuk merenovasinya,” David menjelaskan disambut dengan anggukan Sandra.
Tiba-tiba Handphone David berbunyi.
“Tunggu sebentar ya sayang, aku harus angkat ini.” Lalu David keluar meninggalkan Sandra sendiri di dalam. Sandra melihat-lihat ruangan tengah villa itu.
Sandra tidak menyadari sepasang mata mengamati setiap gerak-geriknya di dalam villa. Setelah beberapa waktu, David kembali ke dalam, dengan wajah tampak kesal.
“Ada apa, sayang?” tanya Sandra.
“Maafkan aku sayang, tampaknya aku harus pergi,” jawab David.
“Tapi sayang, kamu kan sudah janji….,” rengek Sandra.
“Tapi ini penting sayang, tender yang sedang berlansung bermasalah, dan aku harus kembali ke Jakarta untuk menyelesaikannya,” jelas David berusaha menjelaskan.
“Tenang sayang, mungkin juga tidak makan waktu lama, dan aku janji, setelah masalahnya selesai, aku secepatnya akan ke sini untuk bersama kamu, oke? Paling nanti sore aku sudah kembali.” David berusaha meyakinkan Sandra, walau istrinya tampak kecewa dengan penjelasan David.
“Oke sayang aku pergi dulu ya, oh iya di dalam kamar ada satu hadiah lagi untukmu, di meja rias….,Enjoy your present and have fun,” kata David sambil berjalan meninggalkan Sandra menuju helikopter pribadinya. Dengan berat hati Sandra melepas suaminya pergi.
Sandra kembali ke kamar dengan langkah gontai dan raut wajah sebal. Sandra kesal karena David kembali melanggar janjinya, justru di hari spesial bagi mereka berdua. Lalu Sandra menuju meja rias, di atasnya terdapat kotak kado seperti yang dikatakan David tadi. Sandra membuka kotak kado itu, sebuah kunci mobil tersimpan di dalamnya. Wajah Sandra tampak tidak ceria menerima kado itu, ia lebih memilih kebersamaan dengan suaminya daripada hadiah mobil itu. Untuk meredakan kekesalan hatinya, Sandra memutuskan untuk mandi air hangat. Dengan mengguyur tubuhnya dengan air hangat mungkin dapat mengendurkan segala ketegangan syarafnya. Sandra kemudian membongkar koper bawaanya yang diletakkannya di atas ranjang untuk mengambil perlengkapan mandi. Setelah semua perlengkapan mandi didapat, Sandra menuju kamar mandi yang juga berada dalam kamarnya. Sepasang mata terus mengikuti setiap gerak gerik Sandra. Sosok misterius tersebut mengintip dari tempat yang tidak disadari Sandra. Tanpa mengunci pintu terlebih dahulu, Sandra mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Sambil bercermin, Sandra membuka bajunya, melepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, namun sesaat dia merasakan seperti ada yang memperhatikan dirinya. Perasaan tersebut membuat dirinya resah dan menghentikan aktifitasnya. Sandra beberapa kali memandang sekeliling kamar mandi itu, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
“Aaah…mungkin hanya perasaanku saja,” pikir Sandra dalam hati, lalu ia meneruskan melepaskan kacing bajunya lalu membiarkannya jatuh ke lantai.
Lalu ia melepaskan kancing dan menurunkan resluiting celana jeansnya, lalu memelorotkan celana itu dan membiarkan tergeletak di lantai kamar mandi. Kini hanya BH dan celana dalam yang masih melekat di tubuh Sandra. Pandangannya kini beralih ke refleksi pemandangan tubuhnya yang terpantul dari cermin besar yang terdapat di kamar mandi tersebut. Sandra memperhatikan dan mengagumi tubuhnya sendiri. Lalu kedua tangannya kebelakang berusaha meraih pengait BH 34Cnya. Tetapi ia mengurungkan niatnya, karena ia kembali merasakan ada yang memperhatikan dirinya. Ia pun kembali memeriksa kamar mandi tersebut, tetapi tetap saja dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Akhirnya Sandra menutup pintu kamar mandi dan menguncinya, untuk membantunya merasa nyaman untuk melepaskan seluruh pakaiannya dan mandi. Lalu kembali Sandra meraih kait BH di bagian belakang punggungnya, membukanya, meloloskan kedua talinya dari bahunya yang putih mulus, lalu perlahan membiarkannya merosot dari tempatnya. Seketika sepasang payudara yang putih mulus mengantung indah tanpa penghalang apapun. Lalu Sandra meraih celana dalamnya, kemudian secara perlahan memelorotkanya ke bawah. Kini tubuh Sandra sudah tanpa sehelai benangpun di depan cermin. Kembali Sandra memandangi seluruh tubuhnya di cermin. Matanya menatap tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Wajah orientalnya yang cantik dimahkotai dengan rambut hitam panjang sebahu. Kedua payudaranya tampak bulat dan kencang menantang, dengan puting dan areola bewarna coklat muda segar. Perutnya yang rata, lalu pinggangnya yang ramping dan pinggul yang mempesona serta bagian selangkangan yang tertutup bulu kemaluan yang lebat. Semua itu didukung pula dengan kedua kakinya yang jenjang. Kulitnya yang putih bersih menyempurnakan semua itu, membuatnya memiliki tubuh yang diidamkan semua wanita. Ia mengagumi tubuhnya sendiri. Sepasang mata misterius yang sedari tadi mengamati, tampak tak berkedip memandang kesempurnaan tubuh Sandra. Ia tampak bingung….
“Lihat tubuhku ini, sempurna. Mungkin hanya kamu David, pria yang yang membiarkan wanita seperti aku ini kedinginan ,” Sandra membatin dalam hati.
Ia membayangkan David menyentuh dan menjamah seluruh tubuhnya.Sandra berandai-andai jika suaminya tidak diganggu kesibukan pekerjaannya yang menjengkelkan itu, ia dan suaminya sedang bercinta saat ini. Lalu pandangannya kini tertuju ke daerah selangkangannya. Dengan tangan bergetar Sandra menyentuh selangkangannya, mencoba mencari bibir vaginanya. Tanpa sadar, Sandra mulai mengusap bibir kemaluannya dengan dua jari tangan kirinya. Kepuasan… dia menginginkan kepuasan… saat ini juga… segera… cepat… semakin cepat… segera…. Tangan kanan yang jarinya sempat ia kulum kini meraih bulat payudaranya yang kenyal. Jemarinya menarik puting susunya sendiri, memilin dan memijatnya, memohon kepuasan. Sandra mulai menghamba pada nafsunya sendiri tanpa disadari. Perlahan – lahan Sandra berbaring di lantai kamar mandi. Wanita molek itu mengangkat kakinya dan merenggangkannya lebar – lebar. Matanya yang indah dipejamkan bersamaan dengan keluarnya lenguhan nafsu dari bibirnya yang mungil. Ia seperti sedang kerasukan, mencari kepuasan dengan menikmati tubuhnya sendiri. Sang pengintip misterius tersebut tampak menahan nafas melihat apa yang sedang dilakukan Sandra di kamar mandi. Matanya pun makin menatap nanar. Jari jemari jenjang turun ke bawah, masuk di antara selangkangan. Dengan jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, Sandra membuka lebar-lebar pintu cinta kewanitaannya, pintu cinta yang telah basah. Sudut ibu jari digesekkan ke bagian atas bibir memek untuk mencari kunci kenikmatan dan ketika ia menemukannya, Sandra melenguh pelan. Jari tengah dimasukkan ke dalam vagina, diputar untuk menjelajah dinding kemaluannya sendiri. Desahan demi desahan manja keluar dari mulutnya yang dahaga oleh nafsu.
Jemari Sandra yang lentik basah oleh cairan cinta yang meleleh dari dalam liang kewanitaannya. Jari jemari itu bergerak lincah keluar masuk sementara remasan tangan pada payudara menjadi sumber kenikmatan lain. Ia terus menerus meremas, memilin dan meraba bagian membusungnya yang indah.
“Eessssttt….. hmmmm….” desah Sandra keenakan, ia kian merenggangkan kaki dan mendesah tanpa bisa bertahan.
Gerakan jemari Sandra makin lama makin cepat, makin buas, berubah dari gerakan lembut menjadi gerakan liar yang penuh tuntutan. Sandra sudah terbang ke atas awan kenikmatan membuatnya makin seperti orang kesurupan, ingin sesegera mungkin merasakan kenikmatan. Tubuh wanita cantik itu turun naik dengan cepat, menikmati gerakan jemarinya di kemaluannya, demikian berulang-ulang. Sandra makin memuncaki tangga nafsu. Dan akhirnya…
“Hnnghhhhh!!!” geram Sandra mencoba melepas kepuasan yang tertahan. Mata wanita jelita itu dipejamkan rapat – rapat, tubuhnya mengejang. Ia merasakan cairan hangat lepas di dalam liang cintanya. Sandra membuka matanya.
Tetes cairan kenikmatan kental meleleh melalui sela – sela jari jemari di selangkangannya. Si cantik itu terengah-engah. Ia menyandarkan siku di atas lantai kamar mandi untuk menopang tubuhnya yang bermandikan keringat. Ia baru saja memberikan kenikmatan pada dirinya sendiri. Sesuatu yang sebelumnya tidak ia perkirakan akan ia lakukan di kamar mandi seperti ini. Sandra lalu duduk terdiam di lantai kamar mandi. Nafasnya yang terengah-engah tadi secara perlahan berangsur normal.
“Sial kau David!” Sandra berkata dalam hati, “Seharusnya aku mendapatkan kepuasan dari kamu!” Di dalam hatinya Sandra tidak dapat menyembunyikan kekesalannya kepada suaminya karena lebih mementingkan bisnisnya sehingga rencana untuk bercinta dengannya buyar.
“Mungkin air hangat dapat menyegarkanku dan membuat aku melupakan semua ini,” pikirnya. Sandra bangkit menuju bathtub, menyibak tirai bathtub dan masuk ke dalam, ia lalu menyalakan shower dan mengatur suhunya. Siraman air hangat dari gagang shower menerpa tubuhnya memberi rasa segar serta menghilangkan kekesalan yang ada dalam dirinya. Setelah selesai membersihkan diri, Sandra mengeringkan tubuhnya lalu melilitkan handuk tersebut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Tidak lupa juga dia membereskan baju yang berserakan di lantai dan keluar dari kamar mandi. Sandra kembali membongkar koper bawaannya, untuk mencari pakaian yang cocok untuk dipakainya hari ini. Pilihannya jatuh pada sebuah sexdress bewarna hitam dengan corak bunga-bunga dan sebuah cardigan untuk membantu menghangatkan tubuhnya dari hawa dingin di pegunungan ini. Sandra segera membuka lilitan handuk di tubuhnya dan membiarkannya melorot ke lantai. Tubuh telanjangnya lalu mengenakan celana dalam hitam kemudian BH bewarna sama yang telah disiapkan sebelumnya, dilanjutkan dengan mengenakan gaun dan cardigan untuk menutupi tubuhnya. Sandra kembali membongkar kopernya untuk mengeluarkan alat-alat riasnya, kemudian menuju meja rias yang ada di sudut kamar. Setelah selesai menyisir dan sedikit berias, Sandra keluar kamar untuk melihat-lihat keseluruhan ruang di villa tersebut. Tiba-tiba telepon selularnya berbunyi. Ternyata dari David, suaminya. Sandra membuka telepon selularnya yang sudah low-bat itu, dan mendengar suara suaminya dari seberang sana.
“Sayang, sorry sayang, aku benar-benar minta maaf, ternyata masalahnya tidak semudah itu, ini rumit sekali. Dan aku harus berangkat ke Singapore untuk membahas masalah ini. Tampaknya aku tak bisa kembali untuk menemani kamu sore ini.”
“Sayang,….tapi cepat selasi kan?….. kapan selesainya?” tanya Sandra.
“Kapan akan selesai nanti aku kabari kamu lagi sayang, sudah dulu ya sayang, aku harus segera naik pesawat, love you…..” lalu David lansung mematikan handphonenya.
“Sial kau David, janjimu selalu kau langgar,” kata Sandra dalam hati sambil melempar Hpnya ke ranjang karena geram.
Sandra lalu berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam. Ia berusaha melupakan David yang ingkar janji padanya, dengan berusaha menikmati villa pemberian suaminya tersebut. Ia menjelajahi seluruh ruangan dalam villa tersebut. Lalu Sandra menuju ruang di sebelah ruang keluarga. Ketika ia buka pintunya, ternyata ruangan tersebut adalah sebuah perpustakaan tua lengkap dengan buku-buku yang tersusun rapi di rak-raknya. Pandangan Sandra beralih ke sebuah piano yang berada di sudut ruangan.
“Sayang aku tak dapat bermain piano,” pikirnya, lalu dengan isengnya, Sandra mencoba memencet beberapa tutsnya secara asal.
Pandangan Sandra kembali menuju rak-rak buku tersebut. Sandra melihat-lihat koleksi buku yang ada di perpustakaan kecil tersebut, sambil berpikir mungkin ada satu atau dua buku yang dapat dia baca untuk membantu membunuh waktu menghabiskan hari. Lalu Sandra mulai memilih dan melihat-lihat satu persatu buku yang tersusun rapi di rak tersebut. Ternyata cukup banyak dan barvariasi koleksi perpustakaan tua ini. Tampaknya Sandra menemukan buku yang menarik baginya, buku tersebut berada jajaran pinggir buku dan susunan teratas rak didepannya. Ketika Sandra akan mengambil buku itu, buku tersebut tampak sulit untuk diambil, seketika terdengar bunyi “klik” dan tiba-tiba rak buku di depannya tampak seperti lepas dari dinding. Sandra dengan penasaran memeriksa rak tersebut. Ternyata buku yang hendak diambil Sandra merupakan kunci rahasia untuk memicu terbukanya sebuah pintu rahasia. Dengan dipenuhi rasa ingin tahu, Sandra mendorong dengan sekuat tenaga untuk membuka rak buku yang cukup berat itu. Dia berjalan memasuki pintu rahasia tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah lorong yang gelap dengan pencahayaan yang sangat minim. Di sebelah kirinya sebuah lorong gelap dengan tangga untuk turun ke bawah dan di sebelah kanannya sebuah lorong gelap lainnya. Sandra memberanikan diri masuk dalam kegelapan dan turun menyusuri tangga tersebut. Tangannya meraba-raba dinding untuk membantunya dalam kegelapan agar tidak terjatuh. Tampak cahaya matahari menyinari sebuah ruangan di ujung tangga. Tangga yang terbuat dari batu itu membawa Sandra menuju sebuah ruang rahasia di bawah tanah. Sinar matahari masuk melalui lubang angin yang dihiasi dengan jeruji besi. Sekilas mirip sebuah penjara. Ruang tersebut tampaknya telah lama ditinggalkan. Banyaknya sarang laba-laba dan debu yang menempel menegaskan hal itu. Sandra memeriksa ruangan itu. Ruangan tersebut tampak seperti sebuah laboratrium, karena terdapat banyak tabung reaksi dalam berbagai bentuk, mikroskop serta kertas-kertas yang berserakan.
“Mungkin ini yang dimaksud David, tentang riset rahasia yang dilakukan orang jerman itu di tempat ini.” Sandra bergumam dalam hati.
“Tetapi kenapa begitu rahasia sampai membangun tempat seperti ini? Apa riset yang sedang dilakukannya?” Sandra bertanya dalam hati.
Sandra kemudian menemukan sebuah catatan yang tertinggal di atas sebuah meja. Catatan itu dibuat dengan ditulis tulisan tangan dengan menggunakan bahasa Jerman. Disitu tertulis “Meine wissenschaftlichen Zeitschriften”. Sandra mengingat-ingat mata pelajaran bahasa Jerman ketika ia SMA dulu, ia mengingat ia cukup pandai dalam mata pelajaran ini walaupun tidak mahir sekali.
“Ini bukan sebuah catatan, tapi sebuah jurnal ilmiah,’ pikirnya.
Lalu Sandra membuka-buka jurnal itu dan mencoba untuk mengerti apa yang tertulis dalam jurnal. Dengan mengambil garis besarnya dari beberapa kata yang ia mengerti dan gambar-gambar yang terdapat dalam jurnal tersebut, Sandra mengira-ngira jurnal ilmiah ini mengenai riset yang dilakukan oleh orang Jerman itu. Isi jurnal itu tampak seperti cerita fiksi ilmiah, tentang memberi kehidupan bagi tubuh yang sudah mati. Suatu hal yang tampak tak mungkin di dunia nyata. Menurut orang Jerman tersebut, ketika manusia mati organ-organ dalam tubuhnya tidak lansung mati. Dengan menggunakan kekuatan listrik yang sangat besar dapat membantu mengaktifkan kembali sel-sel dan organ tubuh yang ‘mati’ tersebut, dalam hal ini kekuatan listrik dapat diambil dari petir. Ini yang menjelaskan mengapa ada menara yang seperti penangkal petir di belakang villa. Sandra jadi teringat cerita horor Frankenstein mirip dengan riset ini. Ia jadi teringat cerita David tadi pagi mengenai mayat-mayat yang suka di bawa orang Jerman tersebut. Mungkin mayat-mayat tersebut digunakan untuk riset ini. Tidak heran mengapa polisi tidak dapat menemukan satu mayat pun di dalam villa, karena mayat-mayat tersebut dibawa ke ruang rahasia ini. Seketika bulu kuduk Sandra berdiri membuatnya bergegas meninggalkan ruang laboratrium tadi. Di sebelah laboratrium, terdapat sebuah ruangan. Sandra melihat sekeliling ruangan tersebut. Ruangan tersebut sama seperti laboratrium tadi memperoleh sinar matahari melalui sebuah lubang angin yang juga dihiasi jerusi besi. Di sudut ruangan terdapat sebuah tumpukan jerami yang di atasnya ditutupi sebuah sprei kotor dan lusuh.
Tampak tumpukan jerami itu dipakai seseorang untuk tidur, seperti ada yang tinggal di ruangan itu. Seketika Sandra merasa takut, perasaannya mengatakan bahwa ia tidak sendirian di villa terpencil ini. Buru-buru Sandra menuju ujung ruangan, dimana terdapat dua buah tangga. Kedua anak tangga tersebut juga terbuat dari batu. Satu menuju ke bawah dan satu lagi menuju ke atas. Sandra kemudian memilih tangga yang menuju ke atas. Kembali ia memasuki kegelapan dan naik menyusuri tangga ke atas. Sandra bertemu dengan sebuah lorong gelap setibanya di atas. Lalu Sandra menyusuri lorong gelap itu sambil berlari. Ia ingin secepatnya keluar dari lorong gelap ini, keluar dan pergi dari villa ini. Ketika Sandra akan berjalan, pandangannya menangkap cahaya lain dari tembok. Lalu Sandra menuju sumber cahaya itu yang ternyata berasal dari sebuah lubang yang cukup besar. Sandra mengamati lubang tersebut, lalu terkejut setengah mati karena ternyata dari lubang tersebut dapat melihat dengan jelas pemandangan keseluruhan dari kamar mandi yang barusan dipakainya untuk masturbasi dan mandi. Sandra shock menyadari kemungkinan kegiatannya tadi di kamar mandi tadi ada orang lain yang melihat, karena perasaanya mengatakan demikian. Sandra semakin menyadari, bahwa ia tidak sendiri di villa tersebut. Tanpa pikir panjang lagi Sandra berusaha berlari keluar dari lorong gelap tersebut. Tiba-tiba sebuah sosok tinggi besar menghalangi jalannya. Sandra terkejut dan berteriak histeris dalam ketakutan yang sangat dalam, lalu ia merasa seluruh otot tubuhnya lemas, pandangannya kabur. Tubuhnya melorot jatuh ke lantai lorong yang gelap. Ia pingsan…Sosok tersebut mengangkat tubuh lunglai Sandra dalam gendongannya, membawa Sandra kembali ke ruang bawah tanah tadi. Sosok misterius itu meletakkan tubuh Sandra dengan hati-hati di atas tumpukan jerami yang telah dilapisi sprei lusuh. Sosok tersebut terus memperhatikan Sandra yang dalam keadaan tidak sadarkan diri itu. Perlahan, ia mulai mendekati wanita cantik yang sedang terbaring di atas tumpukan jerami itu. Dia membelai rambut Sandra yang hitam panjang, menghirup aroma wangi shampoonya. Lalu punggung tangannya membelai wajah cantik Sandra yang mulus. Ia mengamati tubuh wanita cantik itu, tangannya yang besar itu lalu turun ke dada Sandra, menyentuh payudaranya yang kenyal, jari-jarinya mengenggam dan meremas kedua buah dada tersebut. Ia memberanikan diri membuka kancing cardigan Sandra, membiarkannya terbuka. Tangannya yang besar dengan gemetar berusaha menyingkap payudara dari gaun yang dipakai wanita cantik itu. Ia ingin melihat lagi pemandangan ia lihat di kamar mandi tadi, seketika payudara montok Sandra yang masih tertutup BH hitam tersingkap. Sosok tersebut tampak bingung dengan perbedaan bentuk tubuh antara dirinya dengan Sandra. Berulang-ulang ia membandingkan dadanya dengan dada Sandra. Sambil membiarkan bajunya terbuka, ia kembali berulang-ulang menyentuh dan mengenggam payudara Sandra dan membandingkan dengan menyentuh dadanya sendiri.
Lalu sosok tersebut beralih ke daerah bawah tubuh Sandra. Tangan-tengan kekarnya menyingkapkan bagian bawah gaun Sandra. Sepasang paha putih dan bagian selangkangan yang masih tertutup celana dalam langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Sandra benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Sosok misterius itu menelan ludah melihat pemandangan yang di depannya. Jari-jari tangannya memberanikan diri meraih celana dalam hitam yang melingkari pinggul Sandra, lalu menariknya turun secara perlahan hingga di atas lutut Sandra. Kembali tangan sosok tersebut menyentuh bagian selangkangan Sandra yang tertutup bulu kemaluan yang lebat. Masih dengan wajah yang bingung, sosok tersebut juga membuka celananya, lalu memegang miliknya dan kembali menyentuh selangkangan Sandra, terus secara barulang-ulang. Sosok tersebut bingung dengan perbedaan kelamin antara mereka berdua. Beberapa saat kemudian, Sandra perlahan-lahan mulai siuman dari pingsannya. Untuk beberapa saat Sandra merasakan keanehan yang terjadi pada dirinya, Dia sekarang berada di sebuah ruangan dan terbaring di atas tumpukan jerami yang dilapisi sebuah sprei lusuh. Samar-samar dilihatnya ada orang yang berdiri di dekat tubuhnya. Sandra mengejapkan matanya untuk melihat lebih jelas, perlahan bayangan samar yang dilihatnya mulai menampakkan bentuk aslinya, seseorang dengan wajah menyeramkan, dengan keadaan yang setengah telanjang sedang meraba-raba dirinya. Secara refleks, Sandra yang panik lansung bangun dari posisi tidurnya dan berteriak. Tanpa memperdulikan keadaan pakaiannya yang berantakan, Sandra lansung berdiri dan lari menjauhi sosok menyeramkan tersebut. Sandra berlari dan terus berlari tanpa menegok ke belakang, ia terus berlari menaiki tangga dan menyusuri lorong yang gelap. Akhirnya Sandra sampai kembali di ruang perpustakaan tua, tempat dimana dia menemukan pintu rahasia tersebut. Buru-buru Sandra menutup kembali pintu rahasia itu, lalu ia terus berlari menuju kamarnya dan mengunci pintunya. Ia merapikan kembali pakaiannya yang berantakan, lalu mencari Handphone untuk menghubungi suaminya.
“Shhhiiitttt!!!” seru Sandra kesal menemukan baterai handphonenya habis, dan dia membutuhkan waktu untuk mencari chargernya. Dalam keadaan panik, Sandra lansung membongkar koper bawaanya untuk mencari charger HPnya. Tidak lama kemudian, Sandra berhenti membongkar kopernya, ia merasa aneh. Orang yang menyeramkan di bawah itu tidak mengejarnya ke sini. Orang yang ia pikir akan memperkosanya itu tidak berusaha untuk menangkapnya. Sandra yang penasaran, secara perlahan dan hati-hati mendekati pintu, membuka kuncinya, lalu mengintip melalui pintu untuk mengetahui apakah ada orang di luar kamarnya. Karena matanya tidak menangkap siapapun di luar kamarnya, Sandra memberanikan diri membuka pintu lalu memeriksa ruangan. Ternyata memang tidak ada orang yang mengejarnya.
Hal ini membuat Sandra semakin penasaran, mengapa orang tersebut tidak mengejarnya. Lalu Sandra memberanikan diri untuk kembali ke ruangan perpustakaan tua. Kembali ia menarik buku yang menjadi kunci pintu rahasia. Rak buku tersebut kembali terbuka. Sandra memberanikan diri masuk ke dalamnya, secara perlahan-lahan dan hati-hati Sandra memasuki lorong rahasia yang gelap, menuruni tangga, melewati laboratrium rahasia, sehingga akhirnya ia sampai di tempat dimana ia melihat sosok menyeramkan tadi. Tapi ia tidak menemukan orang itu di tempat tadi. Mata Sandra menangkap sosok tinggi besar itu berada di sudut ruangan. Sosok tersebut menghadap ke tembok, tampak seperti ketakutan. Sandra memberanikan diri untuk mendekati sosok tersebut. Dengan gemetar tangan Sandra berusaha untuk menepuk bahunya. Sosok tersebut menoleh, lalu kembali menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, ia tampak seperti sangat ketakutan.
“Astaga!” Sandra terkejut dalam hati, sekilas ia melihat wajah menyeramkan tadi. Sekilas ia juga melihat bukan mata seorang pembunuh atau seorang pemerkosa, tapi lebih cocok seperti mata seorang anak kecil yang sedang ketakutan.
“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu,” kata Sandra secara lembut sambil kembali menepuk bahu sosok tersebut.
Secara perlahan, sosok tersebut membuka tangan yang menutup wajahnya dan menoleh ke arah Sandra. Wajah menyeramkan yang akhirnya diketahui Sandra sebagai seorang pria itu pucat dan dengan luka bekas jahitan di dahinya. Rambutnya pendeknya tampak gimbal seperti tidak pernah dikeramas selama berbulan-bulan. Mengingatkan Sandra akan wajah tokoh horor Hollywood, Frankenstein.
“Astaga Tuhan, apa yang telah dilakukan orang terhadap pria ini, apakah ada orang yang tega berbuat seperti ini?” kata Sandra dalam hati penuh kasihan melihat kondisi wajah pria itu.
“Jangan takut, aku tidak akan menyakiti mu,“ kata Sandra dengan lembut.
“Namaku Sandra, namamu siapa??”
Pria itu tampak bingung dengan pertanyaan Sandra.
“Kamu mengertikan apa yang saya ucapkan??” Sandra kembali bertanya.
Pria itu tidak bereaksi atas pertanyaan Sandra. Lalu Sandra mengulang kembali pertanyaannya dan akhirnya pria tersebut menjawab dengan anggukan kepala.
“Namaku Sandra,” tanya Sandra sambil telapak tangannya menyentuh dadanya, “Namamu….????” telapak tangannya lalu ke dada pria itu.
Sandra kembali mengulang pertanyaannya dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan tadi.
“Eeeddddddiiiiii…..,” jawab pria itu dengan suara yang sangat berat.
“Jadi namamu Edi?” jawab Sandra, dijawab dengan anggukan kepala pria yang bernama Edi itu.
“Edi, tadi apa yang kamu lakukan kepada Sandra??”
Pria itu menjawab dengan isyarat gerakan, ia menunjukan jarinya ke dada Sandra lalu menunjukan kembali ke dadanya sendiri. Sandra tampaknya mengerti apa yang dimaksud pria ini dan ia geli dengan kepolosannya. Benar-benar seperti anak kecil. Tampaknya pria ini bingung mengapa dadanya berbeda dengan milik Sandra.
“Sandra adalah wanita sedangkan Edi itu adalah pria,” Sandra mencoba menjelaskan. “Ini namanya payudara, wanita memiliki payudara, karena nanti dia kelak akan menyusui anaknya, sedangkan pria seperti Edi tidak punya.” Edi menganggukkan kepalanya lalu mengulang perkataan Sandra “Pa…yu…da…ra…” Sandra tersenyum melihat kelakuan Edi.
Lalu Edi menunjuk jarinya ke selangkangan Sandra, kemudian ia juga memegang alat vitalnya. Sandra terkejut melihat ukuran alat vital Edi yang masih ‘tidur’ itu. Ukurannya hampir sebesar milik suaminya ketika dalam keadaan ‘tegang’. Lalu Sandra kembali berusaha menjelaskan kepada Edi.
“Ini namanya penis, hanya pria seperti Edi yang memiliki penis. Wanita seperti Sandra tidak mempunyai penis tapi vagina.”
“Pe….nis….,va…gi…na…,” ulang Edi yang membuat Sandra kembali tersenyum.
Entah apa yang ada di pikiran Sandra. Kekecewaannya terhadap David, yang seharusnya menemaninya dan memuaskan kebutuhan seksnya, membuat Sandra tidak berpikir panjang. Ia hanya berpikir libidonya dan bagaimana cara untuk memuaskan nafsu birahinya, ia juga ingin merasakan penis Edi dalam vaginanya, penis yang diperkirakannya berukuran besar dan panjang.
Sandra kemudian memberanikan diri membuka baju Edi. Dilihatnya tubuhnya yang pucat juga penuh dengan luka jahitan. Jahitan-jahitan itu tampaknya seperti digunakan untuk menyambung bagian tubuh yang tadinya terpisah dan memasukan organ yang tubuh yang diperlukan, seperti di dahi, leher, lengan, pergelangan tangan dan pinggang. Juga terdapat luka bekas jahitan yang panjang di dada. Benar-benar mirip monster Frankenstein yang ada di film-film horor hollywood. Atau memang Edi adalah bahan riset orang Jerman itu? Sesaat terbesit dipikirannya, ia yakin bahwa Edi adalah Frankenstein yang ada di alam nyata, berdasarkan catatan-catatan ilmiah rahasia yang ia temukan , juga diperkuat dari cerita dari suaminya pagi hari tadi. Pasti Edi adalah manusia ciptaan hasil riset rahasia orang jerman itu. Tapi Sandra tidak peduli. Edi tampak tidak berbahaya seperti yang di film-film, malah Edi tampak seperti anak kecil yang polos. Tangan Sandra kini beralih ke celana Edi, jari-jari lentik Sandra bergerak menurunkan celana Edi yang sedari tadi sudah terbuka kancing dan resluitingnya. Setelah celananya turun, Sandra kembali melihat luka jahitan di pangkal paha dan sekitar pergelangan kaki Edi. Kini pria buruk rupa itu sudah telanjang bulat di hadapannya. Sandra kembali memandang tubuh telanjang Edi di hadapannya, tubuh yang penuh luka jahitan, dari kepala hingga ke ujung kaki, tapi matanya tidak dapat lepas dari benda yang menggantung di selangkangan. Sandra kemudian berlutut di depan Edi, memposisikan dirinya sedemikian rupa sehingga wajahnya menghadap penis Edi yang masih lemas.
“Boleh Sandra pegang penis Edi?
Edi mengangguk memberi persetujuan.
Tangan Sandra kini dapat merasakan benda yang masih ‘tidur’ itu. Dirinya penasaran, sebesar apa penis Edi jika tegang dan keras. Elusan lembut jemari Sandra pada batang kemaluan Edi membuat pria menyeramkan itu bergetar dan menggelinjang, sambil matanya menerawang ke langit-langit ruangan. Sandra meludahi tangannya, kemudian menggenggam penis yang ada di hadapannya. Tangannya secara perlahan-lahan mulai mengocok penis Edi, makin lama makin cepat. Mata Sandra terbelalak melihat penis Edi, yang secara perlahan kini mulai membesar dan mengacung tegak ke arahnya. Penis itu terlihat begitu besar dan panjang, bahkan jari-jari Sandra yang menggenggamnya tidak dapat melingkari seluruhnya. Penis Edi tampak kokoh dengan urat-urat di sekujur batangnya dengan ujungnya menyerupai jamur serta jauh lebih besar dan panjang daripada milik suaminya.
Entah apa yang merasuki dirinya, membuat Sandra sangat menginginkan untuk mengoral penis Edi. Ia tidak peduli dengan bau badan Edi yang seperti orang yang tidak pernah mandi. Belum lagi benda yang sedang digenggamnya memiliki aroma yang tidak sedap. Sambil melanjutkan kocokannya, pelan-pelan, Sandra memajukan wajahnya untuk memasukkan penis tersebut ke dalam mulutnya. Tiba-tiba Edi panik, ia buru-buru melepaskan penisnya dari genggaman Sandra.
“Kenapa Edi???” tanya Sandra yang tampak bingung dengan kelakuan Edi barusan. Lalu Edi menjawab dengan terbata-bata
“Pe…nis…pe…nis…Edi…ja..ja..ngan…dima…ma…kan.”
Sandra tersenyum geli mendengar jawaban Edi yang terkesan polos.
“Sandra bukan mau makan penis Edi, Sandra bukan pemakan manusia,” Sandra berusaha menjelaskan,” Sandra hanya ingin membuat Edi merasa nikmat, enak. Jangan takut Edi, Sandra tidak akan menyakiti Edi, Percaya sama Sandra.” lanjut Sandra berusaha meyakinkan Edi.
Dengan ragu-ragu Edi yang sudah telanjang bulat kembali mendekati Sandra. Ia membiarkan Sandra yang dengan lembut meraih batang kemaluannya. Lalu secara perlahan Sandra mengocok batang penis itu dan membuka mulut menjilati permukaan penis itu. Edi itu menarik nafas panjang dan melenguh merasakan sapuan lidah Sandra pada penisnya.
“Enak…Edi??” tanya Sandra sambil kembali melajutkan jilatannya di penis Edi.
“E…..naakkhhh…,” jawab Edi singkat sambil menikmati sapuan lidah Sandra.
Sandra memulai dengan mengulum buah pelir pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu tebal sambil memijati batang penisnya dengan tangan. Gila…setan apa yang telah merasukinya, ia merasa jijik, benci dan muak pada dirinya, namun dorongan untuk meraih kepuasan bersama pria ini begitu besar. Ia melanjutkan servis oralnya dengan menjilati sekujur batang itu yang berurat, bentuknya yang panjang dan keras itu membuat libidonya semakin terpacu, ia membayangkan bagaimana bila penis yang sudah menegang dengan perkasa itu mengoyak-ngoyak dirinya. Jilatannya akhirnya sampai ke ujung penis Edi yang mirip jamur itu. Lidahnya menjilati wilayah itu, teknik yang biasa dipraktekannya pada suaminya yang membuatnya mengerang keenakan, Edi meracau tak karuan merasakan sensasi geli dan nikmat akibat sapuan lidah wanita cantik itu pada kepala penisnya. Kemudian Sandra membuka mulutnya untuk memasukkan penis itu. Kepalanya bergerak maju-mundur sambil memegang batang itu. Sambil mengisap ia memutarkan lidahnya mengitari kepala penis itu sehingga membuat Edi semakin keenakan. Sekitar seperempat jam Sandra melakukan oral seks terhadap pria itu sampai merasa pegal pada mulutnya, maka ia menggunakan tangan mengocok batang itu dan mengurangi kulumannya.
Ia merasakan batang di dalam mulutnya itu semakin berdenyut saja. Lalu ia melepaskan penis yang sudah tegak dan mengeras sempurna itu dari mulutnya. Penis Edi begitu besar dan panjang. Sandra tidak bisa melepaskan pandangan dari benda menggantung yang ada di selangkangan Edi. Ukurannya dan bentuknya sangat mempesonanya.Bagaimana mungkin ia bisa tertarik pada alat vital Edi? Sandra tahu dia tak akan pernah bisa menjelaskan pada siapapun, bagaimana dia bisa tertarik pada manusia aneh bernama Edi ini. Dorongan seksual menggebu dalam batinnya menjadi gairah liar tak tertahankan yang mengurung perasaannya sendiri. Lalu Sandra kembali bangkit di hadapan Edi. Dia kini tahu siapa yang mengintipnya di kamar mandi tadi.
“Edi….,Edi mau main dengan Sandra? tanya Sandra menggoda.
Edi menjawab dengan menganggukan kepalanya pelan.
“Edi….mau lihat Sandra seperti yang Edi lihat di kamar mandi tadi?”
Edi kembali mengangguk dengan cepat.
Entah apa yang merasuki Sandra. Dulu dia tidak pernah terlintas di pikirannya untuk berselingkuh dengan pria lain, karena ia berpikir ia mempunyai suami yang sempurna, tampan dan kaya raya. Tapi sekarang, dengan Edi, wajahnya pucat itu dapat dikatakan jauh dari tampan, bahkan cenderung menyeramkan. Dan penisnya, Sandra tidak dapat melepaskan pikirannya dari penis milik Edi, bahkan ia ingin segera menikmati penis Edi yang besar dan panjang itu di dalam vaginanya. Jari-jari lentik Sandra mulai melepaskan satu persatu kancing cardigannya dan membiarkannya jatuh ke lantai batu yang berlumut. Kemudian kedua tangannya menyingkirkan tali gaun dari kedua bahunya yang putih dan membiarkan gaun tersebut melorot dari tubuhnya lalu melangkahinya. Edi melihat pemandangan erotis di depannya sambil menelan ludah. Kini Sandra hanya mengenakan BH dan celana dalam bewarna hitam, sangat kontras dengan tubuhnya yang putih mulus. Lalu Sandra membungkuk, tangannya membantu kakinya untuk melepaskan sepatu sandalnya. Dalam posisi membungkuk, belahan payudara Sandra yang montok terlihat jelas. Payudaranya yang masih terbungkus BH seakan ingin meloncat keluar dari sangkarnya. Edi yang melihat pemandangan indah ini, merasa tenggorokannya menjadi kering dan sekali lagi ia menelan ludah. Kedua tangan Sandra bergerak perlahan ke belakang punggungnya berusaha untuk meraih kait BH yang terdapat di belakang punggungnya. Kemudian kedua tanganya mulai meloloskan tali BH dari kedua pundaknya yang mulus, lalu secara perlahan BH itu merosot dari tempatnya. Seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna coklat muda segar.
Sandra lalu membungkuk untuk.melepas lembaran terakhir yang melekat di tubuhnya. Kedua jari-jarinya bergerak secara perlahan ke samping kiri dan kanan pinggulnya, kemudian secara perlahan memelorotkan ke bawah. Kini Sandra benar-benar telanjang bulat, tubuhnya sudah tidak mengenakan sehelai benangpun. Edi tidak perlu mengintip lagi untuk melihat keindahan tubuh wanita cantik itu,. Kini keindahan tersebut ada di depan matanya. Tangan Sandra meraih tangan Edi yang masih terbengong-bengong melihat tubuh telanjangnya. Lalu Sandra membimbing kedua tangan besar Edi menuju ke sepasang buah dadanya.
“Sentuh Sandra, Edi. Belai Sandra,” pinta Sandra.
Tangan Edi dengan gemetar mulai bergerak menyentuh dan membelai. Tangan Edi kini bisa menyentuh payudara telanjang Sandra. Payudara Sandra segera tergenggam tanpa halangan oleh tangan buas Edi. Awalnya gerakan tangannya kaku dan kasar, tapi dengan sabar Sandra membimbingnya. Kemudian Sandra bergerak memunggungi Edi. Kembali ia membimbing tangan Edi untuk menyentuh payudaranya dari belakang melalui sela-sela ketiaknya.
“Remas payudara Sandra…..Edi.”
Edipun mengikuti kemauan wanita cantik itu. Ia meremas….
“Aaauuu…….,” Sandra merintih kesakitan karena Edi terlalu kasar meremas buah dadanya, seketika Edi lansung menghentikan remasannya.
“Yang lembut Edi, wanita ingin diperlakukan dengan lembut,” Sandra berusaha menjelaskan dengan sabar.
Edi kembali mengulang apa yang dilakukan tadi, tapi kali ini remasannya lebih lembut.
“Uugggh…..benar Edi….seperti itu…aaahhh,” desah Sandra menikmati remasan tangan kasar Edi di payudaranya.
“Mainkan puting Sandra…..Edi,….oohhh, pakai jari Edi,” pinta Sandra
Jari-jarinya yang besar beberapa kali memencet dan memilin puting Sandra. Sandra memiliki payudara yang kencang dan kenyal. Diremas dan digoyangnya payudara wanita jelita itu lalu meremas dan memilinnya sesuka hati.
Sandra menikmati remasan Edi dari belakang, walaupun dapat dikatakan Edi amatir dalam hal ini. Tangan-tangan kasar itu mulai bisa beradaptasi sesuai dengan keinginan Sandra. Lalu ia mengajak Edi menuju tumpukan jerami yang ada di sudut ruangan, di tempat Sandra sebelumnya pernah terbaring. Lalu Sandra berbaring di tumpukan jerami yang beralaskan sprei lusuh itu. Edi tidak tahu bagaimana caranya membuai seorang wanita, dia tidak mengerti bagaimana caranya melakukan permainan cinta sejati. Dia tidak tahu bagaimana melakukan pemanasan. Sandra menarik tangan Edi, lalu ia membimbing tangannya untuk kembali bermain di payudaranya yang montok. Edi menikmati keindahan payudara Sandra, ia menangkup, meremas, menggoyang, menimang dan membelai payudara Sandra. Jari-jari Edi yang besar menyentil puting payudara Sandra sambil terus menggoyang payudara sang bidadari. Sekali lagi Edi meremas payudara wanita cantik itu dan menggoyang puting payudaranya dengan jempolnya yang besar. Sandra merintih tak berdaya, ia tak mampu mengontrol tubuhnya sendiri. Sensasi hangat serangan Edi membuatnya tenggelam dalam kenikmatan.
“Sini Edi, sini mulut Edi…..,”desah Sandra sambil membimbing kepala Edi menuju payudaranya.
“Edi boleh hisap, jilat terserah Edi…tapi jangan digigit,’ Sandra kembali mengajarkan.
Edi menatap penuh pesona ke puting susu Sandra yang kini menjorok ke atas, benda mungil merekah itu seakan menantangnya. Sangat menggiurkan dengan warnanya coklat muda kemerahan. Seolah sudah mengerti apa yang akan dilakukan, bibir Edi yang tebal segera menuju ke sana, lalu melumat tanpa ampun puting yang sedari tadi terus menantangnya itu. Sandra menikmati ketika mulut hangat Edi menangkup puting payudaranya. Apalagi ketika bibir tebal pria itu lalu mencium dan lidahnya menjilat seluruh payudaranya. Sandra mendorong dadanya ke depan agar Edi bisa lebih leluasa menikmati dadanya. Gigi Edi bahkan menggigiti daerah ujung pentilnya dengan lembut, membuat sensasi kenikmatan menjalar dari dada ke seluruh tubuh.
“Oooooh!” lenguh Sandra menahan nikmat.
Dengan sigap lidah Edi melingkari pentil yang masih menonjol keluar. Hal ini membuat Sandra makin salah tingkah, tubuhnya melengkung ke belakang, matanya terpejam dan tanpa sadar wanita cantik itu menyorongkan buah dadanya ke mulut Edi yang terus merangsangnya. Sandra hanya bisa megap – megap menggapai nafas ketika gigi Edi mengunyah puting payudaranya, setelah pentil itu menonjol, lidah Edi ganti menjilati sisi areolanya. Sandra lalu membimbing tangan Edi untuk menjulurkan jarinya ke dalam selangkangannya, membiarkan jarinya masuk dan meraba bibir kemaluannya. Sandra melonjak kaget ketika jari-jari Edi yang ukurannya sangat besar mulai membelai bibir kemaluannya secara perlahan – lahan. Sandra malu pada dirinya sendiri, wajah wanita cantik itu memerah karena malu saat ia menyadari vaginanya sudah mulai basah padahal Edi belum melakukan apa-apa. Sandra terus membimbing tangan Edi untuk menunjukkan kepada pria buruk rupa tersebut bagian paling sensitif dari tubuhnya. Sandra membimbing jari Edi yang besar untuk bermain di daerah klitorisnya. Sandra menggigit bibir dan menarik nafas panjang ketika merasakan jari-jari Edi mulai menyentuh klitorisnya. Tubuh Sandra tersentak saat jari pria itu menggesek-gesek klitorisnya dengan jari sehingga membuat wanita itu semakin seperti cacing kepanasan. Daerah bibir kemaluannya semakin basah seiring dengan gesekan jari-jari Edi yang semakin intens.
Lalu Sandra meminta Edi untuk berhenti memainkan jarinya di klitorisnya, kini ia meminta Edi untuk menggunakan mulut dan lidahnya. Edi hanya menurut, ia mengikuti seluruh keinginan Sandra. Edi membuka paha Sandra, wajahnya mendekat hingga berjarak hanya sepuluh centi dari vagina wanita cantik itu, matanya menatap nanar kemaluan yang berbulu lebat dengan bagian tengah yang memerah itu. Dengan lembut lalu membenamkan wajahnya pada vagina wanita itu. Tubuh “Ooooooohh… !” Sandra mendesah panjang menggelinjang begitu lidah Edi yang panas dan kasar itu menyapu bibir kemaluannya, tubuhnya menggelinjang dan darahnya berdesir merasakan sensasinya.
“Ooohh…!” tak terasa Sandra mendesah sekali lagi merasakan jilatan panjang pada klitorisnya yang membuatnya serasa melayang.
Ia merasakan ada suatu sensasi aneh dalam dirinya, walaupun ada perasaan jijik kepada pria ini, dia menginginkan pria ini terus melakukannya. Matanya membeliak-beliak dan vaginanya semakin berlendir tanpa bisa ditahannya. Tangan Edi juga turut bekerja merabai paha dan pantatnya yang putih mulus itu. Sekitar seperempat jam Edi memperlakukan Sandra demikian. Tanpa diajari oleh Sandra, dengan lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris wanita itu dan menghanyutkannya dalam permainan liar ini.
“Eenngghh…aaahh !” Sandra pun akhirnya mendesah panjang dengan tubuh mengejang.
Edi yang mengikuti instingnya melahap cairan orgasme Sandra dengan rakus sampai terdengar suara menghirupnya, dia menyedoti bibir vagina Sandra sehingga tubuhnya makin menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat baginya sehingga membuatnya takluk pada pria itu. Setelah beberapa saat menikmati orgasme pertama yang diberikan Edi kepada dirinya, Sandra kembali membimbing Edi untuk mengatur posisinya yang siap untuk disenggamai oleh Edi. Sesaat Sandra kembali mengenggam dan mengocok penis Edi sehingga penis tersebut kembali keras dan mengacung secara sempurna. Sandra hanya mengangguk pasrah pada pria buruk rupa yang berlutut tegak tepat di depan selangkangannya. Sandra menggenggam penis Edi dan menuntunnya pada liang senggamanya Wanita muda yang cantik itu bahkan membuka kakinya lebar-lebar, mengeluarkan desahan mesra kala penis raksasa milik Edi menyentuh paha bagian dalamnya. Sentuhan ringan ujung gundul kemaluan Edi mengalirkan sensasi dahsyat ke seluruh bagian tubuh Sandra, melejitkan nafsu birahinya sampai ke tingkat yang tak terkatakan. Sandra hanya terdiam, memejamkan mata dan menunggu. Awalnya ujung gundul kemaluan Edi hanya menyentuh bibir kemaluan Sandra saja, walaupun begitu vagina si cantik itu sudah basah dan siap menerima serangan. Ketika Edi benar-benar bersiap melesakkan kemaluannya, mata Sandra terbelalak melebar. Ujung penis Edi dioles kesana kemari, bibir vagina, rambut kemaluan, paha dalam, seluruh bagian sensitif di sekitar vagina Sandra dirambahnya. Edi tidak tahu mana yang enak dan mana yang tidak. Ia hanya mengamati perubahan wajah Sandra saja. Edi sendiri sekarang mulai maju, penisnya yang mengeras bagai baja seperti tak sabar ingin segera menjajah liang kenikmatan milik Sandra. Wanita cantik itu sendiri juga tak sabar, ia ingin Edi segera melakukannya, ia ingin penis itu segera masuk ke vaginanya yang dahaga. Tanpa ada seorangpun yang meminta, Sandra mengangkat kakinya lebih tinggi, memberikan Edi akses yang lebih bebas, si cantik itu telah menunggu.
“Ma… masukkan saja, Edi.” Desis Sandra, tangannya mencengkeram dan kukunya menancap di pundak Edi. “A… aku menginginkannya… berikan padaku… berikan pada Sandra …..”
Senyum Sandra yang manis mengundang Edi untuk segera melakukan apa yang mereka berdua inginkan. Dengan satu geraman yang keluar dari mulut Edi, kepala penis raksasa miliknya mulai masuk ke dalam vagina Sandra, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan sekali. Lalu dengan satu hentakan pinggul yang kuat, pria itu memasukkan batang penisnya ke dalam vagina Sandra, merenggangkan dinding-dindingnya ke batas maksimal.
“Aaaaaaaaaahhhhh!!!” teriak Sandra, gabungan rasa sakit dan kenikmatan yang dirasakannya tak terkatakan. Ia hanya bisa melolong tanpa daya. “Ooooohhhhhmmm… .”
Luar biasa, penis Edi baru masuk hanya beberapa senti saja ke dalam vaginanya, tapi Sandra sudah melolong tak berdaya.
“Sandra…sakit?” tanya Edi seketika menghentikan penetrasinya.
Sadra hanya mengangguk sambil mengigit bibir bawahnya menahan sakit.
“Sandra tidak apa-apa, Edi,” jelas Sandra tidak mau membuat Edi khawatir.
“Terus…….Edi….. terus,” bisik Sandra yang sudah tak mampu menahan diri lagi. “Tidak apa-apa… pelan-pelan saja… jangan -… jangan terlalu cepat…”
Lalu Edi meneruskan penetrasinya secara perlahan. Tubuh Sandra bergetar hebat merasakan batang kemaluan yang kerasnya bagai kayu mulai dilesakkan ke dalam kemaluannya, diiringi dengan nafas yang terengah-engah, Sandra mengangkat pinggul dan pantatnya agar Edi lebih leluasa. Lalu Edi kembali menusukkan penisnya lebih dalam lagi ke dalam vagina Sandra. Sandra sudah bersiap, ia merenggangkan kakinya dan memejamkan mata, lalu dengan satu sodokan penuh tenaga, Edi mendorong kemaluannya masuk ke dalam!
“Aaaaaaaaaaaaahhhhh!!!” Sandra menjerit kesakitan.
“Sa-sakit?” tanya Edi yang terkejut mendengar jerit kesakitan Sandra.
“Sakit…” rengek Sandra.
Kini, batang yang keras bagai baja itu telah melesak masuk dan akan terus masuk sampai ujung terdalam. Siap tidak siap, mau tidak mau, Sandra harus menahannya. Ukuran kemaluan Edi yang besar seakan membuat dia hendak merobek bibir kemaluan Sandra ketika penisnya ditanam dalam-dalam di vagina wanita itu.
“Gakkghhh!! Aghhh!! Ahhh!” Sandra melenguh berulang, tenggorokannya tercekat. Rasa sakit yang tak tertahan membuatnya berontak secara reflek, sehingga membuat Edi menghentikan tusukannya.
“Sandra……sakit…..?” tanya Edi yang dijawab dengan anggukan Sandra.
“Nggak apa-apa Edi…..teruskan…tapi pelan-pelan,” pinta Sandra
Kembali Edi memasukkan batang penisnya ke arah yang lebih dalam secara perlahan-lahan. Ketika Edi menusukkan lagi penisnya ke dalam vagina Sandra, si cantik itu memilih memejamkan mata dan menggigit bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Penis Edi terus saja mendesak ke dalam bagian terdalam vagina Sandra.
“Ampuuuun!” batin Sandra, sungguh dia bisa merasakan setiap senti desakan penis Edi dalam liang rahimnya.
Kali ini, penis Edi amblas lebih dalam dari sebelumnya, tanpa ampun menusuk terus ke dalam, sakitnya terasa sampai ke perut si cantik itu. Seluruh batang penis Edi amblas ke dalam vagina Sandra, semuanya masuk ke dalam, dari kepala penis sampai batas terbawah. Kantong kemaluan Edi menampar bagian bawah bibir vagina Sandra sampai ke lubang anusnya. Ya Tuhan! Edi benar-benar melakukannya, pria raksasa itu memasukkan semuanya sampai ke dalam! Sandra tidak percaya apa yang baru saja terjadi pada dirinya, seluruh batang penis Edi telah amblas! Masuk ke dalam liang kenikmatannya! Sesuatu yang sebelumnya tak terbayangkan olehnya, batang sekeras baja itu kini berada di dalam tubuhnya, masuk ke dalam liang rahimnya, menyodok seakan hendak mengoyak perut. Setelah seluruh batang penisnya masuk ke dalam, Edi kemudian diam, tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Kesempatan ini digunakan Sandra untuk membiasakan vaginanya dengan ukuran penis Edi yang besar. Nafsu birahi yang bercampur dalam benak Sandra membuatnya sangat bergairah. Ada perasaan aneh yang menyapu tubuh Sandra, gairah sensasi birahi yang menyelimuti dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Setelah beberapa saat, ia mulai terbiasa dengan ukuran kemaluan Edi. Vaginanya yang terus disiksa oleh kenikmatan mulai lengket pada batang penis sang pria buruk rupa, dinding vagina Sandra mulai merenggang dan menyesuaikan dengan ukuran penis yang menginvasi.
“Sekarang, Edi, coba gerakkan pantat Edi maju mundur, tapi jangan sampai penis Edi keluar…nanti dimasukin lagi,” kata Sandra berusaha membimbing Edi.
“Tapi pelan-pelan ya Edi….,” Sandra mengingatkan dan di jawab dengan anggukan kepala Edi.
Edi mulai menggoyang penisnya dan memompa keluar masuk, sekali, dua kali, tiga kali… secara perlahan.
“Aaaaaaaahhh……….aaaahhh,” desah Sandra mengiringi keluar masuknya penis Edi di kemaluannya.
“Sandra tidak sakit???” tanya Edi secara lugu kepada Sandra.
“Nnngghhhhakk Ediii…….teruskannnn…,” desah Sandra menikmati tusukan Edi.
Sandra mulai merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benaknya… kenikmatan yang luar biasa.
“Terus… terus… terus… jangan berhenti…,” Sandra tidak mau Edi mengakhiri permainannya.
“Sandra …enak??” tanya Edi tanpa menghentikan hujaman penisnya secara perlahan.
“enak… enak sekali… jangan berhenti…,” jawab Sandra.
Sandra tidak percaya ini, setelah semua rasa sakit yang ia terima dari Edi, akhirnya ia menerima semuanya dengan penuh kenikmatan. Ia ingin Edi melanjutkannya tanpa henti, Sandra membuka kakinya lebar-lebar, ia ingin Edi masuk lebih dalam! Lebih dalam!
“Eeedddiii…oohh…eennaakk?” tanya Sandra sambil menikmati hujaman batang kemaluan Edi. Ia ingin tahu apakah Edi menikmati apa yang sedang mereka lakukan sekarang.
“Eee……nnaaakkhh….,” jawab Edi sambil terus mengoyangkan pinggulnya.
“Ooooohhhh…” Sandra melenguh perlahan.
Edi kini memegang pinggul Sandra dan mengelusnya lembut. Edi kini menunggu agar Sandra bisa menyesuaikan diri. Dengan sabar pria itu memperhatikan tubuh Sandra mulai relaks dan bisa membiasakan diri dengan ukuran kemaluan Edi yang memang di atas rata-rata lelaki pada umumnya. Sandra membuka mata dan menatap kekasih barunya dengan pandangan penuh pengertian, ia berusaha menyembunyikan sedikit rasa sakit yang masih dirasakannya, rasa sakit yang ditimbulkan oleh sesaknya desakan batang kejantanan Edi di dalam vagina mungilnya.Sandra mengerang perlahan, ia takut Edi akan menghentikan gerakannya kalau tahu dia kesakitan. Dengan sekuat tenaga, Sandra berusaha bertahan. Rasa sakit yang tadi begitu menyiksa kini sudah mulai banyak berkurang, sekali lagi wanita cantik itu memaksakan senyum pada Edi. Pria itu memperlakukan tubuh Sandra dengan penuh kelembutan dan rasa sayang, ia bergerak pelan, memutar pinggul dan penisnya, menggiling kemaluan Sandra dengan tusukan yang sebisa mungkin tidak menyakitkan, sampai akhirnya dinding vagina Sandra yang elastis merenggang dan bisa menyesuaikan dengan ukuran penis Edi.
“Sekarang… lebih….cepat…..Edi…..” Sandra meminta Edi untuk mempercepat hujaman penisnya. Edi tidak menjawab hanya melakukan apa yang Sandra minta. Sambil memegang pinggul dan paha Sandra, Edi mempercepat gerakan pantatnya, menghujamkan penisnya secara lebih cepat. Kedua payudara Sandra yang montok turut bergerak lebih cepat seiring hujaman penis Edi
“Aaahh….oohhh…aaahhh….bbaagusss Edi….,” Sandra memuji ‘muridnya’ yang cepat belajar.
Sandra merasakan kegairahan yang makin lama makin memuncak, membuatnya bingung dibuai kenikmatan yang tak seharusnya terjadi. Sandra tidak mampu berpikir dengan jernih, tubuhnya terasa melayang ke atas awan. Wanita cantik itu membiarkan tubuhnya lepas, mengikuti gerakan pria buruk rupa yang sedang menggumulinya. Sandra berharap perlakuan yang begitu nyaman dan enak ini tak akan pernah berakhir. Bidadari jelita itu membentangkan kakinya lebar-lebar, membiarkan lututnya membuka dan mengimbangi gerakan maju mundur Edi dengan hempasan pantat penuh nafsu. Wanita cantik yang tadinya takut dan jijik pada pria itu kini tergila-gila. Ia mengerang dan menjerit, membiarkan tubuh dan pikirannya terbebas. Setiap hentakan yang dilakukan Edi membuat Sandra makin mabuk oleh kenikmatan yang diberikan Edi. Selama hampir seperempat jam Sandra disetubuhi oleh Edi. Sandra kemudian mengangkat kakinya dan menggunakan kaki jenjang itu untuk memeluk pinggang Edi yang lebar sementara tangannya mengait di leher. Sandra yang merem melek menikmati permainan ini, bahkan dengan berani Sandra menggoyang pinggulnya untuk membalas sodokan penis Edi.
“Sentuh nenen Sandra…..Edi, seperti tadi…..,”desah Sandra
Tidak sabar menunggu Edi, Sandra menyambar kedua tangan besar Edi dan ditempelkan ke payudaranya yang montok. Tangan Edi meraih payudara Sandra dan meremasnya dengan gemas. Sandra meringis kesakitan bercampur nikmat,lalu Edi menjilatinya dengan lidah. Dia melakukannya dengan lembut. Wanita cantik itu menarik nafas dalam-dalam karena bibir Edi yang besar seakan memoles seluruh buah dadanya dengan air liur. Jilatan Edi mengitari puting Sandra yang mengeras dan sekali dua kali dia menggigit ujungnya dengan lembut. Sandra mulai terengah – engah, ia kesulitan mengatur aliran nafasnya sendiri. Matanya yang tadi terpejam kini terbuka lebar, menatap pria yang bukan suaminya tengah menggumulinya dengan penuh nafsu.
“Aaaaaaaahh!!” Sandra menjerit karena sensasi yang ia rasakan.
Sakit yang ia rasakan berasal dari selangkangannya berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Vagina Sandra yang ditembusi penis Edi berulang-ulang akhirnya mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir. Rasa malu dan puas bercampur menjadi satu sehingga wajah Sandra memerah.
Tangan mungil Sandra meremas pantat Edi yang keras, ia menancapkan kukunya dengan liar karena terangsang hebat. Tiap kali batang penis Edi dipompa keluar masuk, jari jemarinya mendesaknya agar bergerak lebih cepat dan menusuk lebih dalam. Kaki wanita cantik yang jenjang itu mengunci pinggang Edi dengan rapat seakan tak mau lepas dari persetubuhan yang membuatnya terangsang hebat. Lalu Edi melepaskan payudara Sandra dan kembali ke posisi semula.
“Ah! Ah! Ah! Ah!” Sandra terengah-engah tiap kali penis Edi menerobos ke dalam vaginanya yang hangat dan basah. Sambil memegangi pinggul Sandra, manusia buruk rupa itu menyetubuhi Sandra dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh telanjang Sandra yang putih mulus. Begitu pula Edi.
“Huh! Hh! Huh! Hh!” Sandra melenguh berulang, tubuhnya bergerak seiring desakan penis Edi dalam vaginanya.
“Engh! Engh! Engh! Huff! Ahhh!! Ahmm!!” Sandra mengeluarkan lenguhan berirama tiap kali Edi melesakkan penisnya ke dalam vagina Sandra.
Wanita sintal itu tidak bisa mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi, dia hanya mengikuti gerakan Edi. Sandra telah dibuai kenikmatan sehingga tidak bisa berpikir apalagi mengucapkan kata-kata. Tubuhnya turut bergoyang di bawah tindihan Edi. Sandra menyerah pada rasa nikmat yang ia rasakan di daerah selangkangan.
“Ooooohhhh….aaahhh !!” Sandra mendesah panjang dan tubuhnya bergetar hebat, dia merasakan cairan vaginanya seperti tumpah semua. Sandra berteriak penuh kepuasan. “Ahhh.” Seluruh sudut tubuhnya mengeras untuk sesaat dan kemudian orgasme pun meledak dalam tubuhnya.
Tak pernah sebelumnya saat bermain cinta dengan David, Sandra memperoleh kepuasan seksual seperti sekarang. Sandra terengah-engah usai mengalami orgasme. Tubuh telanjang Sandra tergolek tak berdaya tapi Edi masih terus memompa vaginanya. Edi masih belum selesai, pria bertampang Frankenstein itu masih terus melancarkan serangannya, cairan yang meleleh dari vagina Sandra makin melicinkan gerakan penisnya sehingga otomatis sodokannya pun makin cepat, terdengar bunyi decak cairan setiap penis itu menyodoknya.
Tiba-tiba Edi berhenti dan menarik keluar kemaluannya. Sandra menggeleng kepalanya keras-keras, dia lalu merubah posisi agar Edi lebih nyaman, ia berbalik, melakukan posisi doggi style dengan merendahkan tubuhnya ke bawah hingga buah dadanya menempel di tumpukan jerami yang tidak semuanya terlapisi sprei lusuh tersebut. Permukaan tumpukan jerami yang kasar merangsang pentil payudara Sandra hingga menjorok ke depan. Sandra mengembik penuh kenikmatan saat batang kemaluan Edi yang sangat besar kembali melesat masuk ke dalam liang kewanitaannya tanpa bisa dihentikan. Sandra melejit nikmat ketika batang penis Edi digenjotkan di dalam kemaluannya, wanita cantik itu masih tidak percaya penis raksasa milik Edi bisa masuk ke dalam vaginanya. Belum pernah ada lelaki yang pernah melesakkan penis sedalam Edi, nyeri dan sakit yang dinikmati oleh Sandra bagaikan gadis yang sedang diambil keperawanannya. Si cantik itu menjerit-jerit dengan bingung, sebenarnya dia kesakitan atau malah keenakan. Saat ini Sandra sudah tidak peduli lagi siapa sebenarnya Edi, pria raksasa yang buruk rupa itu menyimpan keperkasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sandra bagaikan seorang budak seks yang duduk berlutut dan membiarkan seorang pria buruk rupa menggenjot vaginanya dari belakang, menanamkan nafsu birahinya dalam-dalam di liang kenikmatan yang diberikan oleh Sandra. Setelah selama ini, baru kali inilah Sandra tahu bagaimana rasa nikmat yang sesungguhnya. Tidak ada pria yang bisa menandingi Edi dalam hal memuaskannya. Sandra ingin selalu menghentakkan tubuhnya yang indah di atas penis tegak milik Edi. Sandra sudah dibuat terpukau oleh penis raksasa Edi.
Sandra tidak ragu sedikitpun. Ia merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis itu, benda itu bahkan menyentuh dinding rahimnya. Edi mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur, gesekan-gesekan nikmat langsung terasa baik oleh yang si penusuk maupun yang ditusuk. Sandra menggelinjang nikmat, tubuhnya melengkung ke belakang, mulutnya mengeluarkan erangan. Edi kembali menaikkan tempo genjotannya, tangannya yang tadi cuma berpegangan pada pinggangnya menjalar ke depan meremasi dua payudaranya.
“Oooohhh…aaahhh….eehhmm….!” suara lirih keluar dari mulut Sandra setiap kali Edi menyodok-nyodokkan penisnya.
Kenikmatan dalam tubuh Sandra makin lama makin memuncak menuju sebuah ujung yang tak ingin ia capai dengan cepat. Sandra tahu inilah saatnya ia merasakan kenikmatan puncak itu! Kenikmatan yang tidak ia dapatkan dari suaminya yang lebih mementingkan bisnisnya daripada merayakan hari jadi pernikahan bersama istrinya. Edi mengerang hebat dan Sandra bisa merasakan batang penis Edi menegang dengan sangat keras di dalam liang kewanitaannya. Si cantik itu tidak ingin permainan seks yang indah ini segera berakhir, dia ingin Edi tetap menyetubuhinya selama mungkin. Tapi sekuat apapun Sandra berusaha bertahan, dia tetap seorang wanita biasa.
Sandra tidak mampu lagi menahan orgasme. Dia mendesah panjang dan mengeluarkan banyak sekali cairan dari vaginanya. Tubuhnya mengejang, Sandra melepaskan seluruh kenikmatan puncak yang bisa ia rasakan, kenikmatan yang telah dihantarkan oleh seorang pria asing menyeramkan yang ternyata bisa memuaskannya.Serangan Edi semakin ganas, dan tak perlu waktu lama bagi Edi untuk segera menyemprotkan air maninya yang putih lengket ke dalam vagina wanita cantik itu. Tubuhnya mulai mengejang seiring nafasnya yang makin memburu. Sebuah erangan panjang menandai orgasmenya. Semprotan pejuh Edi menggila di dalam vagina Sandra, memenuhi seluruh ruang liang kewanitaan hingga luber keluar, membasahi pinggul dan kantung kemaluannya sendiri. Tanpa malu-malu Sandra memutar-mutar pantatnya dan mengisi seluruh rahimnya dengan sperma kiriman Edi. Saat semua usai, kedua insan berbeda jenis itu ambruk terkulai tak berdaya di atas tumpukan jerami itu. Sandra memejamkan matanya, ia benar-benar lelah, seluruh badannya terasa linu, tapi ia tidak akan memungkiri, rasa nikmat yang diberikan Edi benar-benar berbeda. Dia jauh lebih perkasa dari pria manapun.
“Sandra… masih… sakit?” tanya Edi setelah terdiam lama. Matanya yang polos menatap Sandra takut, ia tidak mau wanita cantik yang berada di hadapannya ini kesakitan.
Sandra tersenyum lembut sambil membelai rambut Edi.
“Awalnya iya….waktu pertama,tapi lama-lama sakitnya hilang….malah Sandra sangat menikmatinya,” jawab Sandra.
“Sandra…..”
“Apa Edi…?”
“Nngg…..Edi…Edi…” Edi tampak malu-malu.
“Kenapa Edi…?” tanya Sandra sambil tersenyum.
“Edi….mau…. lagi?” tanya Edi malu-malu.
Sandra tersenyum, lalu ia bangkit berdiri dari tidurnya sambil mengandeng tangan Edi.
“Tentu Edi, Sandra juga kepingin lagi ngerasain penis Edi itu,” jawab Sandra sambil tersenyum genit.
Lalu Sandra mengajak Edi ke sudut ruangan, dimana tadi ia melihat terdapat sebuah bangku berdiri di sana. Sandra meminta Edi untuk duduk di sana. Edi menuruti keinginan Sandra. Lalu Sandra berlutut di hadapannya, membuka selangkangannya. Dengan jemari yang lentik, Sandra meraih penis yang menciut itu dan menggenggamnya. Edi merem melek merasakan penisnya digenggam oleh tangan halus seorang bidadari, lalu Sandra mulai menaik turunkan tangannya untuk mengocok penis Edi. Perlahan-lahan, penis Edi kembali membesar dan mengeras. Sandra mengocok perlahan batang yang sudah tegang itu dan membuka mulut menjilati permukaan batang itu. Pria itu menarik nafas panjang dan melenguh merasakan sapuan lidah Sandra pada penisnya.
Setelah menjilati penis Edi hingga basah oleh liurnya, Sandra mulai memasukkan benda itu ke mulutnya.
“Uuuhh… uugggh……..” desahan berat Edi mengiringi kenikmatan yang dirasakannya.
Sandra bekerja keras mengulum dan memainkan lidahnya pada batang itu yang terasa sesak di mulutnya yang mungil.
Benda itu bergetar setiap lidah Sandra menyapu kepalanya. Edi yang merasa nikmat itu memaju-mundurkan pinggulnya secara perlahan seperti gerakan menyetubuhi. Sandra berbisik kepada Edi, menyatakan betapa ia ingin memasukkan penisnya ke dalam vaginanya. Edi hanya duduk saja, terdiam tak tahu harus berbuat apa. Sandra menautkan satu kaki ke paha Edi dan mulai mengambil posisi untuk duduk di pangkuannya. Perlahan – lahan Sandra naik ke pangkuan Edi. Edi meneguk ludah, tangannya tak berani digerakkan, terkungkung walau tak terikat. Matanya menatap tak lepas belahan indah di selangkangan perempuan cantik yang kini duduk di pangkuannya. Sandra meletakkan kakinya ke lantai dan tangannya di lutut Edi, si cantik itu duduk membelakanginya. Bidadari jelita itu bisa merasakan gesekan antara belahan pantatnya dengan batang penis pada selangkangan Edi. Sambil memejamkan mata, si cantik itu mulai menggerakkan pantatnya yang seksi dan menggesek penis Edi, mencoba meletakkan penis itu di tengah belahan pantatnya, mempertemukan penis Edi dengan selangkangannya. Kini Sandra akan menaiki penisnya. Digenggamnya penis Edi yang sudah tegak berdiri itu, dan mengarahkan ke vaginanya. Tubuh Edi bergetar, ia bisa merasakan bibir kemaluan Sandra menggesek penisnya. Secara perlahan, Sandra mulai menurunkan pinggulnya, membiarkan penis Edi masuk ke dalam liang vagina secara perlahan. Tidak terlalu sulit bagi penis Edi memasuki vagina itu karena sudah basah dan licin. Erangan Sandra turut mengiringi proses penetrasi itu hingga akhirnya penis itu tertancap seluruhnya.
“Sssshh……..aaaaahhhh,” desah Sandra seiring penis Edi memasuki vaginanya. Sandra bisa merasakan penis yang besar dan panjang itu meraja di liang rahimnya.
Sandra mulai menggoyangkan tubuhnya naik-turun. Pantatnya bergerak naik-turun disertai gerakan memutar sehingga pria itu merasa penisnya seperti diperas. Secara refleks tangannya membimbing tangan Edi ke salah satu payudaranya seolah meminta pria itu meremasinya.
Edi kemudian mengikuti naluri seksnya dan mulai memainkan payudara Sandra. Tangan satunya menelusuri tubuh yang molek itu, merasakan kulitnya yang halus dan lekuk tubuhnya yang indah. Sandra kembali terhanyut dalam persetubuhan itu.
“Uugghhh….uuuggghh…..ugghh… !” desah Edi seiring genjotan Sandra yang semakin liar karena semakin dikuasai birahi.
Kemudian Sandra menegakkan tubuhnya sejenak, lalu sesekali ia meliukkan pinggulnya sehingga Edi merasa penisnya seperti dipelintir. Dari bawah Edi juga ikut menggerakkan pinggulnya, tumbukkan mereka yang saling berlawanan arah itu menyebabkan penis itu menusuk lebih dalam. Sandra tidak menghiraukan yang lain lagi selain birahinya yang menuntut pemuasan, rasio, hati nurani, dan perasaan-perasaan lainnya untuk sementara terkubur. Edi menikmati goyangan Sandra sambil mendekap tubuhnya, tangannya meremasi payudaranya dari belakang. Leher Sandra yang jenjang itu dijilati dan digigit-gigit kecil hingga meninggalkan bekas merah. Sandra tiba-tiba menghentikan gerakan pinggulnya, Sandra mengubah posisi. Dia berbalik ke belakang, berhadapan langsung dengan Edi. Tubuh mereka begitu dekat membuat hembusan nafas Sandra bisa dirasakan hangat menyentuh wajah Edi. Sandra memposisikan vaginanya di atas penis yang sudah menghadap ke atas lalu perlahan melesakkannya kembali sambil duduk di pangkuan Edi. Sandra dan Edi saling bertatapan saat penisnya melesak seluruhnya ke dalam vagina Sandra. Kembali mengikuti nalurinya, tangan Edi meraih payudara Sandra, dielus dan diremasnya buah dada putih mulus, molek dan montok itu. Jemarinya menjepit pentil susu Sandra dan memutar-mutarnya dengan kasar. Dina merasa sangat malu saat pentil itu mulai membesar. Payudara Sandra menegang dan pentilnya membesar. Tangan Edi kini melepaskan buah dada Sandra, tapi kini giliran mulutnya yang menempel ke puting Sandra. Mulutnya mengemut, menghisap dan menjilatinya, lalu bergeser ke puting yang lain, demikian seterusnya, sehingga kedua payudara Sandra tidak luput dari serangan mulutnya. Sandra meraih pundak Edi dan perlahan mengangkat tubuhnya. Saat seluruh penis Edi hampir keluar dari vaginanya, Sandra menghentakkan tubuh ke bawah dan kembali. Sandra mulai menaik-turunkan tubuhnya sehingga penis Edi mengocok-ngocok vaginanya. Edi mengelus punggung Sandra yang sudah berkeringat, dadanya bergesekan dengan buah dada yang montok itu. Sandra semakin mendaki naik ke puncak birahinya, gerak-naik turun tubuhnya pun makin cepat. Penis Edi yang jauh lebih besar dari penis suaminya menjejal liangnya yang sempit dan memenuhinya dengan nikmat, memberinya kehangatan yang nikmat merajai liang vaginanya.
Tiba-tiba Sandra merasa tubuhnya terangkat, ternyata Edi memang telah bangkit berdiri dari posisi duduknya. Dengan penis masih menancap di vagina, ia mengangkat kedua kaki wanita cantik itu. Sandra pun terkejut dan spontan memeluk leher pria itu agar tidak jatuh. hanya pahanya saja ditopang oleh kedua tangan kokoh Edi., ia menggendong Sandra dengan menopang pantatnya. Secara refleks Sandra makin mempererat pelukannya kepada Edi dan kini tusukan-tusukan penis Edi makin terasa olehnya, bahkan secara naluriah dia pun turut menggoyangkan pinggulnya. Dengan penis masih menancap di vagina Sandra, Edi menggendong gadis itu dengan menopang pantatnya dan berjalan perlahan-lahan. Edi mengangkat tubuh telanjang Sandra dan menyandarkannya ke tembok batu yang berlumut di belakangnya. Wanita cantik itu mengangkat kakinya dan mengaitkannya di pinggang Edi sementara tangannya menggantung di leher pria itu. Rasanya luar biasa nikmat bagi keduanya berada dalam posisi seperti ini. Dengan punggung Sandra bersandar pada tembok, kedua manusia berlainan jenis itu mulai bergerak bersamaan. Klitoris Sandra menempel di tubuh Edi dan setiap gerakan naik turun membuatnya tergesek seirama, tambahan bulu-bulu halus yang menyentuh ujung klitoris Sandra membuatnya melejit ke nirwana. Sandra memejamkan mata dan tidak bisa menahan untuk tidak mendesah keenakan.
“Aaahh….aaaahhh…..aaahhh,” desah Sandra seiring penis Edi memasuki vaginanya.
Lalu kedua tangan Sandra meraih jeruji besi yang berasal dari lubang angin yang berada tepat di atas kepalanya. Dengan kedua tangan yang memegang jeruji besi di belakangnya, membiarkan payudaranya mengantung indah dan bebas bergerak mengikuti irama tusukan penis Edi. Edi sangat gemas melihat payudara Sandra yang terguncang-guncang dan wajahnya yang makin bersemu merah karena terangsang berat sehingga tempo genjotannya makin bertambah. Sandra menyorongkan buah dadanya ke arah mulut Edi. Pria buruk rupa itu menikmati payudara Sandra dengan penuh nafsu. Edi segera menyerang puting payudara Sandra. Dia menarik dan menghisap puting itu dengan mulutnya, lalu menjilati pinggiran puting payudara Sandra, setelah itu dia mengelamuti puting itu dan menggigitinya dengan penuh nafsu. Rangsangan yang dirasakan Sandra terlalu hebat sehingga menggiring wanita jelita itu ke puncak kenikmatan. Tanpa sadar kedua tangannya kembali memeluk leher Edi. Sandra juga menggerakkan pinggangnya lebih cepat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggung Edi sampai akhirnya Sandra orgasme. Sandra bisa merasakan vaginanya meremas batang kemaluan Edi dengan sebuah remasan hebat dan dia mulai merintih serta menjerit lirih penuh nikmat. Akhirnya setelah selesai mengejang dan vaginanya banjir cairan cinta, Sandra membuka matanya. Selang beberapa menit kemudian tubuhnya berkelojotan, Sandra mencapai klimaks, tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan erangan panjang menandai orgasmenya yang kesekian kali. Beberapa detik kemudian ia terkulai lemas di pelukan Edi.
Edi menyandarkan punggung wanita itu di tembok dan menurunkan kaki kanannya karena saat itu Edi juga sudah mau keluar. Dia menyusul sekitar setengah detik orgasme Sandra, penisnya dia tekan lebih dalam sambil melenguh panjang melepaskan spermanya di dalam rahim wanita itu. Cairan putih kental itu yang tertumpah disana sehingga meluber keluar dan meleleh di daerah paha sekitar selangkangannya. Setelah mereguk sisa-sisa orgasme sambil berpelukan Edi memapah tubuh Sandra yang masih lemas dan membaringkannya kembali di atas tumpukan jerami tadi. Dua orang yang kelelahan itu akhirnya terlelap. Mereka berdua tertidur. Setelah sekitar satu jam tertidur, Sandra terbangun lalu bangkit dari tumpukan jerami itu. Ia memungut seluruh pakaian dan sepatu sandalnya yang berserakan di atas lantai batu yang berlumut itu. Sambil menenteng seluruh pakaian dan sepatu sandalnya, Sandra berjalan menuju tangga, hendak kembali ke atas, menuju kamarnya. Lalu ia menoleh ke arah Edi,
“Ayo Edi, ikut Sandra ke atas.”
Edi yang juga telanjang lansung bangkit dari tumpukan jerami itu, mengikuti tubuh telanjang Sandra menuju ke atas. Misteri di villa ujung lembah baru saja mulai, petualangan apakah yang menanti Sandra berikutnya?
To be continued…