Setelah menghadiri pembukaan PKN berupa hiburan pesta rakyat, maka aku dan istriku bersama mbah Kotim,tetua desa yang umurnya katanya sekitar 75 tahun, memakai celana pendek komprang dan baju hitam memakai ikat kepala dengan kendaraanku menuju rumahnya yang agak terpencil sekitar 100 meter dari perumahan desa yang terdekat.
Begitu memasuki ruang tamu rumah mbah Kotim yang besar dan kuno itu, bau kemenyanpun mulai tercium. Mbah Kotimpun mempersilahkan masuk dan kamar di belakang ruang tamu sebelah kanan tertutup dan bau kemenyan begitu menyengat dari kamar itu. Di belakang kamar itu adalah ruang keluarga dan kamar untuk tempat aku dan istriku menginap tepat di depan ruang keluarga itu. “Ini kamarnya mas, jangan sungkan” kata mbah Kotim mempersilahkan kami berdua masuk. Akupun heran rumah kuno, tapi tempat tidurnya dunlopilo yang lebar dan empuk, lantainya memakai karpet. “Mas, aku nggak begitu suka bau kemenyan, kayaknya mbah Kotim itu dukun,” kata istriku. Akupun menceritakan yang aku dengar dari penjual rokok,kalau mbah Kotim adalah gurunya Pak Carik, yang berumur 60 tahunan itu, sehingga pak Kades boleh dikatakan hanya boneka saja, dan segalanya yang mengatur di desa itu adalah Pak Carik.
“Makanya …….” istriku tak meneruskan kata-katanya sambil memandangku tajam. “Makanya apa,dik,’ tanyaku. Istrikupun diam. Akhirnya, “Mas, jangan marah, ya,” katanya manja. “Lho, gak ada angin gak ada hujan, kok marah, apa aku sedikit, gila?” tanyaku. “Bener, mas nggak marah? Akupun menggeleng. “Makanya, pak Carik selalu memandang dadaku dan selangkanganku, mas dan hatikupun bergetar ketika dia memandang payudara dan selangkanganku rasanya seperti ransangan. Memang istriku memakai blouse yang agak rendah dan ketat waktu pesta rakyat tadi sehingga payudara yang berukuran 36B agak tersembul, sedangkan rok spannya yang terbuat dari bahan elastis memperlihatkan pantatnya yang bahenol dan empuk itu, walaupun perutnya tidak ramping karena sudah dua kali mengandung. Istriku yang cukup mungil dengan tinggi 155 cm, berwajah menarik seperti bintang Film Mandarin, meskipun kulitnya sawo matang dengan rambut pendek sehingga tampak lebih muda dari usianya yang menginjak 40 tahun. Sering istriku berkata agar para mahasiswanya tidak bosan dengan kuliah yang diberikan istriku. “Semakin lama Pak Carik memandangku, putingku yang memang besar itu, semakin mengeras dan menonjol, mas.” kata istriku. Ya,dalam keadaan biasa puting susu istriku sebesar setengah penghapus steadler yang kecil. Hatikupun berdegup semakin keras, ketika istriku meneruskan ceritanya. “Mas, jangan marah ya.. Aku menggeleng lagi. “Vaginaku basah,mas, lihatlah, kata istriku sambil menyingkap rok spannya. Dan kulihat CD istrikupun basah seperti ngompol. “Kau, terangsang, dik? Tanyaku dan istrikupun memelorotkan CD nya dan langsung menarik tanganku di pangkal pahanya yang ditumbuhi jembut lebat. Kurasakan empik (bibir vagina) nya basah kuyup yang berarti istriku sangat terangsang. Dengan tergesa-gesa istrikupun melepas paksa celanaku, hingga kontolku yang sudah ngaceng mendengarkan ceritanya dielusnya dan dikocok pelan oleh tangan mungilnya, kocokan tangannya yang lembut semakin, cepat dan ” Oh, dik, aku keluar dan crot.. crot..crot, pejukupun muncrat. “Maafkan mas…,” kataku sambil ku peluk tubuh istriku yang bahenol. “Mas, jangan marah,ya?” Aku menggeleng “Mas, rupanya sangat terangsang dengan ceritaku tadi.” Aku hanya memeluk erat tubuh istriku. “Maafkan,mas,” kataku. “Mas, nggak marah, aku terangsang karena pandangan Pak Carik tadi?” Tanya istriku. “Kau suka dirangsang dengan pandangan pak Carik tadi?” aku balik bertanya. Istrikupun memelukku erat. Karena diam, akupun berkata “Kalau kau suka, akupun tak keberatan,” kataku. “Mas …..” istrikupun memeluk dan menatapku. “Kau suka, dik,?” kubisikan pada telinga istriku. “Aku …..,” istriku tak meneruskan kata-katanya. “Kenapa? Ceritakan saja, mulai kapan kau merahasiakan sesuatu padaku? tanyaku. Istrikupun menarik tanganku sehingga kami berdua duduk di pinggir kasur empuk itu. “Mas, tadi aku ….eeh …..pak Carik rasanya bukan hanya memandang payudara dan selangkanganku …” Istriku terdiam. “Maksudmu …,” tanyaku. “Jangan marah, ya mas..” Aku menggeleng dan memeluk bahunya. “Rasanya tadi sepertinya tangan pak Carik meremas-remas payudaraku sampai payudaraku semakin keras dan eeeh… mas putingku serasa dipelintir, ditarik-tarik oleh jari-jari pak Carik. Aku …aku sampai binggung agar putingku tak tampak menonjol karena aku pakai BH tipis,mas.” Hatikupun berdegup dan kontolku yang tadinya sudah loyo mulai bereaksi ketika istriku meneruskan ceritanya. “Mas aku berusaha tidak mendesah ketika kurasakan payudaraku terasa dikempot oleh mulut dan heeh ….tangankupun meremas tangan kursi ketika puting-puting payudaraku serasa dikulum dan dijilati dan pak Carikpun senyum senyum padaku” “Mas terangsang ya,” tiba-tiba istriku nyeletuk dan tangannya langsung mengelus kontolku yang ngaceng lagi. “Mas ….. aku merasakan pahaku mulai terbuka dan mas ….kurasakan ada tangan yang menyusup makin lama makin ke dalam. Akupun semakin panik begitu mas pamit akan beli rokok dan pak Carikpun duduk di kursi yang tadi mas duduki.”(Akupun teringat cerita penjual rokok). Akupun mencium rambut istriku dan memeluknya. “Kurasakan tangan itu menyibak celana dalamku dan tas kupun ku taruh pangkuanku , heeh … jari-jari itu pun menyibak empik(bibir vagina) ku dan terus mengelus-elusnya mas, dan akupun menggigit saputanganku ketika jari-jari itu mulai memainkan itil(kelentit)ku dan pak Carikpun berbisik padaku :”Enak, jeng?” dan jari-jari itupun semakin menggila mempermainkan bibir vagina dan kelentitku” Tangan istrikupun semakin cepat menggocok kontolku. “Aku betul-betul terangsang, mas ….. apalagi jari-jari itu terasa menggbok obok torok (lubang vagina)ku yang semakin basah, sedangkan putingku disedot-sedot terus” “Diiiik,dan crot… crot akupun keluar lagi. “Aduh…,’ Keluhku. “Mas, kok keluar aku belum, mas…” kata istriku lirih. “Aku nggak kuat dik”
Istrikupun berdiri dan menarik kursi di hadapanku. “Mas tadi aku begini…” Kulihat istriku memerankan yang tadi dia rasakan di”kerjain” pak Carik, tapi istriku kini melepas BH nya tetapi tetap memakai blouse nya mulai dari tangannya meremas tangan kursi, kakinya agak terbuka, memangku tas, sedangkan pantatnya menahan goyangan nafsunya dan akupun ngaceng lagi dan dengan serta merta istriku memegang kontolku dan mengkangkangkan kakinya di pangkuanku. Karena sangat tergesa-gesa maka kontolkupun tidak ke lubang vagina istriku, tetapi diantara pangkal paha dan jembutnya yang lebat menggesek kontolku dan ooh …… cret …cret ..cret aku keluar lagi dan kepalakupun pening karena aku hanya dapat kuat keluar dua kali. “Maasss ….” istriku mendesah. “Maafkan mas, sayang aku nggak kuat” Istrikupun berdiri dan mengocok kontolku yang loyo dengan cepat. “Mas, aku pingin, mas, aku belum apa-apa, eeh mas nanti pak Carik datang, lho kalau tahu mas loyo. Gimana, mas, gimana, tangannya yang keriput meremas payudaraku, mulutnya yang sudah ompong megulum putting-putingku ……..Dan akupun ngaceng lagi, tetapi karena istriku cepat sekali mengocok kontolku dan “diiiiiiik crot ..crot …crot.. maniku yang sudah encer membasahi karpet merah kamar itu. “Maafkan,aku dik dan kepalakupun terasa berputar, akupun terbaring di kasur empuk itu. “Maas, nanti pak Carik datang, lho, dan daaaar petirpun menyambar keras dan hujanpun turun dengan deras. Istrikupun terus mengocok kontolku yang lemas dan terus berusaha membangkitkanku dengan kata-kata joroknya yang tak pernah diucapkan sebelumnya “Mas, aku takut pak Carik menggosok empikku (aku tak pernah istriku bicara seperti ini), terus itilku dan kontolkupun terasa mengeras dan istriku meneruskan cerita pornonya : “Itilku dipencet-pencet, mas dan torokku mulai di …….. dan crot …crot …..crot rasanya tak ada lagi air maniku yang keluar dan kepalakupun semakin pening dan aku sempat melihat jam dinding menunjukkan pukul 19.15.
Aku terbangun ruangan kamar gelap dan jam weker diatas tempat tidur menunjukkan pk. 19.55 dan aku terbangun karena ada suara rintihan di ruang keluarga. “Jangan, mbah……” “Sssssst …”suara mbah Kotim Akupun kaget bukan alang kepalang karena desahan dan rintihan itu semakin jelas “Mbaah, mbaaah Kotim,” kudengar rintihan istriku dan yang aku sudah lemas berusaha bangkit tapi tak kuasa tubuhku terasa remuk dan kedua lututku bergetar. Dengan tenaga tersisa akupun menjatuhkan diriku ke karpet dan dengan tenaga yang tersisa di tangan aku merayap ke pintu kamar yang terbuka ¼ tetapi selambunya masih tertutup rapat. “Heeh ….. heeeh ….” rintihan istrikupun semakin sering dan dari bawah pintu kedua matakupun terbelalak, ku lihat istriku yang seksi itu dan masih mengenakan blouse dan rok spannya berdiri menggoyang ngoyangkan pantatnya yang bahenol berputar-putar seperti permainan holahop. “Mbaah …mbaaah Kotim….” dan kini pangkal paha istrikupun maju mundur seperti orang yang bersetubuh. Kedua tangannya meremas-remas pantatnya sendiri. “Nanti suamiku bangun, mbah..” “Suamimu paling sudah loyo, ayo sini jeng”, perintahnya dan kulihat jari telunjuknya memerintahkan untuk mendekat dan “ooh mbaaaaaah ….” pangkal paha istrikupun ke depan dan terangkat seolah olah pangkal pahanya ditarik ke atas sehingga istriku berjalan majupun kesulitan mendekati Mbah Kotim yang duduk di kursi panjang menghadap ke televisi yang menempel di kamar gelap sehingga tampak dari samping. Begitu tepat di depan mbah Kotim, istrikupun mengerang “Mbaaaaaaah…….” dan kedua tangan istriku mendekap erat pangkal pahanya yang semakin terangkat ke atas mengendur terangkat ke atas lagi. ” Mbaaah suuudddaaaah mbaaaah” istriku memohon. “Oooohhhh ……..oooooah …..heeeeh naantiiii suamikuuuu oooohh…..banguuuun……” “Kalau bangun, mau apa suamimu sudah loyo, kan? Paling dia suka melihat jeng begini. Enak, kan? Bagaimana kalau begini? Pangkal paha istrikupun tersentak keras sehingga hanya beberapa jengkal di depan wajah keriput mbah Kotim dan kembali pantat istrikupun maju mundur. “Kenapa tangan mu menutup pangkal pahamu, jeng?” Heeh …heeh” istriku hanya mendesah.” Kenapa ?” mbah Kotim menghardik. “Anu mbaaah, anu ….” “Anu apa, heh?”. “Anuku….” “Anu apa?! mbah Kotim membentak. “Masih pakai rok kok ditutupi tangan segala. Anu apa?! “Aaaaah……..” istrikupun menjerit tertahan dan pangkal paha yang dibekap kedua tangannya tepat di wajah keriput mbah Kotim. “Tempikku, mbah” dan akupun semakin terbelalak mendengar ucapan jorok istriku kepada orang yang selayaknya jadi kakeknya. Tanpa berkata tangan keriput mbah Kotimpun menyusup di rok span elastis istriku sambil mengusap paha mulus istriku terus naik sehingga rok istriku mulai tersingkap memperlihatkan kedua paha mulus istriku dan langsung menyusup di selangkangan istriku. “Jembutmu lebat, jeng. Wow kau sudah basah,ya” “Oooooh” istrikupun melenguh ketika tangan keriput mbah Kotim bergerak mengelus pangkal paha istriku dan kemudian terdengar bunyi “cek….cek…. cek…..”. “Ooh mbaah ….heehh” “Tempikmu basah, jembutmu juga, jeng” sambil tangannya yang menyusup di rok istriku bergerak cepat sehingga bunyi kecepak dari pangkal paha istrikupun semakin keras. “Suddaaah, mbah,”pinta istriku memelas. “Kamu capek, ya jeng? Istrikupun menggangguk dan mbah Kotimpun menarik tangan kanan istriku sehingga istriku dipangku oleh mbah Kotim menghadapku. Tangan kanan mbah Kotim mengkangkangkan kaki kanan istriku sedangkan tangan kirinya memeluk pinggang istriku sehingga dari tempatku mengintip terlihat jelas jembut lebat istriku. “Mbaaaah…..” desah istriku ketika tangan kanan mbah Kotim menggosok pangkal paha istriku “Ooooh, mbaaaaaah,” istriku merintih ketika kulihat tangan keriput itu membuka lebar bibir vagina istriku. “Heeeh .. heeh… heeeh,” nafas istriku memburu “Itilmu sudah keras, jeng.”kulihat telunjuk keriput mbah Kotim mempermainkan itil istriku “Mbaaaaah ……..” “Jeng aku lebih suka dipanggil mbah Kotim,” tiba-tiba mbah Kotim membentak dan tangan kirinya menjambak rambut pendek istriku hingga tenggadah. “Iii ya, mbah Kotiiiimmm,” “Lha begitu bagus,” mbah Kotimpun melepas rambut istriku dan “Mbaaah Kootttttiiiiiim sakiiiiit……” istriku berteriak. “Itilku jangan dicubit, mbah……. “Gimana, kalau gini, enak, jeng?” Kulihat jari tengah mbah Kotim masuk ke torok istriku dan jempolnya mempermainkan itil istriku. “Mbaaah Kotiiiim…….”kini kulihat jari telunjuk, jari tengah dan jari manis mbah Kotim masuk dan mengobok ngobok torok istriku yang mengelinjang dipangkuannya. “Enak, jeng?” “Iya, mbah Kotim heeehh enaaak,” desah istriku Mbah Kotim lebih mengkangkangkan kaki kanan istriku dengan sikunya sehingga aku melihat semakin jelas bagaimana jari mbah Kotim mengobok obok torok istriku dan jempolnya mempermainkan itil istriku yang semakin menggelinjang tak karuan. “Ini yang disukai perempuan,” katanya “Mmmbaaaaahhhhhh Kooootimmmmm ennnnnnnaaaaaaak,” kulihat telapak tangan kanan mbah Kotim menghadap ke atas dan ketiga jarinya dikeluarkan sehingga kulihat jari jari keriput itu keluar dari torok istriku dalam posisi menekuk. Rupanya jari-jari keriput mbah Kotim menggaruk ngaruk bagian atas torok istriku di daerah G Spot. Istriku selama hanya memperbolehkan tanganku mengelus bagian luar saja di tempik dan itilnya. Tak pernah kulakukan dengan gaya menggarruk seperti yang dilakukan mbah Kotim di toroknya seperti yang kulihat ini. Beberapa garukan, tangan kanan istrikupun memeluk bahu mbah Kotim sedangkan kakinya mengkangkang lebar dan naik turun mengikuti garukan jari-jari mbah Kotim di toroknya. “Mmmbaaaahhhh Kotiiiiiimmm, akkkkkkkuu ……oooohhh taaaakk oooookkkkuaaaattt oooohhhhhhh,” dan pinggulnya mendekat pada tangan kanan mbah Kotim yang mengobok obok toroknya dan tangan kiri istriku menarik tangan kanan mbah Kotim yang semakin gila menggobok obok torok istriku dan kedua kaki istriku lurus mengejang. “Kalau pejumu keluar bilang, jeng” “MMppppfffff ….mbaaahhhh Koootttttttimm pejuku keluaaaaaarrrrrrrrrr mmmpppfh” Tubuh istriku yang mengelinjang hebat di peluk tangan kiri mbah Kotim yang masih tampak kuat itu kulihat blouse istriku basah karena keringatnya. Mbah Kotimpun berkeringat. Istrikupun masih memeluk mbah Kotim. Beberapa saat kemudian. “Enak kan, jeng?” “Iya mbah Kotim,” Pernah suamimu melakukan seperti tadi “Enggak, mbah Kotim. Biasanya suamiku kalau sudah loyo hanya menggosok tempikku sampai pejuku keluar, tapi tidak selama dan senikmat tadi” ujar istriku mengaku. “Aku haus, jeng,” Istrikupun dipeluk mbah Kotim ketika akan berdiri dari pangkuan mbah Kotim. “Kemana? Khan ada ini,” tangan kanannyapun meremas payudara kiri istriku dengan gerakan berputar dan kemudian berganti ke payudara kirinya yang masih tertutup blousenya. “Kalau susu dan kelamin perempuan sudah terkena tanganku akan gatal-gatal kalau memakai kutang (BH) dan celana dalam. Termasuk punyamu, jeng” “Mbah Kotim……aku mengajar…,” kata istriku “Yah pokoknya jeng gak sanggup menahan gatal susu dan empikmu kalau pakai kutang dan celana dalam. Tak tanggung bisa garuk-garuk tempik dan susumu. dimuka orang. Kan jeng bisa pakai baju safari kayak ibu-ibu PKK. Istrikupun mengernyitkan dahinya, “Blazer itu mbah Kotim,: kata istriku “Emboh namanya apa” kata Mbah Kotim “Heeeh Mbah Kotim aku heeh rasanya susuku ngrengseng Mbah Kotim rasanya air susuku mau keluar.” kata istriku binggung. “Ha ha ha, iya memang jeng, sekarang begitu pentil susumu dijilat oleh laki-laki dewasa selain suamimu langsung susumu bereaksi dan air susumu keluar.” “Mbah Kotim aku ….. Mbah Kotiiiim …..aku diapakan saja?’ Tangan kiri Mbah Kotim meraih pundak istriku dan meremas sekali dan “Mbah Kotiiiim ….” istriku menggelinjang “Itu baru satu remasan, jeng … begitu pundakmu diremas terus itilmu langsung keras dan gatal dan torokmu akan basah. Itu belum kalau tengkukmu, bisa-bisa pejumu keluar kalau pas tepat di titik saraf yang menghubungkan torok, itil, tempik dan pentil susumu,”kata Mbah Kotim menerangkan kepada istriku. “Kenapa Mbah Kotim melakukan ini semua padaku?”tanya istriku. “Suamimu suka kalau jeng senang itu saja. Aku hanya membantu kalian berdua.” kata Mbah Kotim. “Aku malu, Mbah Kotim ‘kan nanti setiap lelaki akan menginginkanku, aku ini kan mengajar Mbah, bukan seorang …..” “Pelacur…..”sergah Mbah Kotim. “Jeng, kamu bukan pelacur jalanan,tapi jeng kini sudah menjadi pelacur bagi orang yang berilmu tinggi. Karena mereka akan tahu torokmu tersedia untuk dia, walaupun kamu memakai celana besi sekalipun. Kontolnya akan menyelinap masuk torokmu.” “Mbaaah ……,” istriku mendesah. “Suamiku nanti dengar lho, mbah,” “Oooh tidak, dia sedang tidur pulas kecapaian, dia tak akan bisa berkutik sekalipun dia melihat di depan mata kalau jeng sedang digitik orang berilmu itu” Kulihat tangan kanan Mbah Kotim yang sedang di selangkangan istriku mengajungkan jempol, aku tahu isyarat itu ditujukan kepadaku. “Aku takut sama suamiku, mbah,” kata istriku .”Mbaaah susuku semakin mengeras dan ngrengseng mbah,” “Dari tadi aku crita terus, aku juga semakin haus, jeng” “Mbah mau minum…,” kata istriku dan membuka kancing blousenya. Aku terhenyak karena payudara istriku semakin montok ketika tangan kanan istriku mengeluarkan payudara kanannya yang dekat dengan bibir Mbah Kotim.
“Mbaaaah …. heeeh………,” istriku mendesah ketika ujung lidah Mbah Kotim menempel di putting susu istriku dan seeeer kulihat air susu istriku muncrat dan aku begitu heran ujung lidah Mbah Kotim bergetar sangat cepat seperti sayap capung menjilati pentil susu istriku yang semakin banyak mengeluarkan air susu dan heep “Ooooohhhh Mbah Kotiiiiiimmmmpfh….,”istriku mendesah keras ketika mulut Mbah Kotim mencaplok payudara istriku yang dengan refleknya memeluk kepala Mbah Kotim hingga ikat kepalanya lepas dan kepala botak Mbah Kotim nongol. “Mbah Kotiiiiiiiim akuuu ..geeelliiiii… ennnnaaaaak, Mbah Kotim ompoong tak punya gigiiiii eeehh .. heeeh…… heeeehh,” istriku mengelinjang dan semakin erat memeluk kepala botak mbah Kotim. “ujung lidahmu mbaaaah….. oooohh … oooohhh enaaaaaaaak,” istriku mendesis desis keenakkann dan tangan kanan Mbah Kotim pun menggosok tempik istriku semakin cepat dan Mbah Kotim mengulangi aksinya memasukkan jari-jarinya ke dalam torok istriku hingga “mbaaahh akuuuuu keluaaaaaaaarrr eeeehhh mmmmpffff” Istriku orgasme untuk kedua kalinya dan tangan kanan Mbah Kotim yang basah oleh lendir istriku kini meremas-remas payudara istriku dan mulutnya terus mengempot kedua putting susu istriku bergantian. Istrikupun terus mendesis dan mendesah sampai air susu kedua payudaranya habis disedot Mbah Kotim. Dan tak kunyana Mbah Kotim yang kurus itu tiba-tiba bangkit sambil mengendong istriku dan istriku di dudukan kursi single sehingga istriku menghadap pintu kamar dimana aku mengintip adegan panas istriku bersama Mbah Kotim. Mbah Kotim pun mengangat kedua kaki istriku dan mengkangkangkan lebar-lebar di kedua tangan kursi yang besar dan empuk itu sehingga posisi istriku sangat merangsang dengan kedua payudaranya yang sudah menyembul keluar dari blousenya dan rok span elastisnya tersingkap sampai di perutnya apalagi kakinya yang terangkat terkangkang lebar menampakkan jembut lebatnya di selangkangan istriku. Mbah Kotim pun berjongkok tepat di selangkangan istriku dan kedua tangannya yang keriput membuka lebar tempik istriku dan ujung lidah Mbah Kotim yang bergetar cepat langsung menjilati itil dan tempik istriku bergantian. “Eeeeenaaaaakkkkkk mmbaaaaaah……..,” rintih istriku. “Suamiku tak pernah menjilati heeeehhhh heeeehh itil daan teempiiik ku seperti iniiiii…. heeeh ….. heeeeh,’ Mbaaah mmbaaaah akuuuu keluaaaaaarrrr mmmmmpf oooooohhhhhh,” istrikupun mengelinjang dan siku Mbah Kotim menekan kedua paha istriku dan kedua tangannya yang keriput tapi kuat memegang kedua lengan istriku sehingga hanya kepala istriku yang tersentak sentak ke depan merasakan kenikmatan. Mbah Kotim tetap memegang istriku sehingga tubuhnya tak dapat bergerak dan kepala istriku menengadah merasakan sisa kenikmatan dan nafasnya terengah engah sehingga payudaranya yang sekarang lebih montok naik turun seirama dengan nafasnya. Untuk kesekian kalinya aku kaget, ketika Mbah Kotim menoleh ke arahku dan hiiiih lidahnya menjulur panjang bercabang diujung lebih panjang dari panjang kontolku yang 18 cm itu mungkin lebih dari 22 cm dan besarnya agak lebih besar dari kontolku dan yang membuat ku ngeri ujung lidahnya yang bercabang terus bergetar cepat. Istriku tetap menengadah sehingga dia tak melihat kalau Mbah Kotim menoleh dan pandangan setannya tepat di kedua mataku, wajah keriputnya menjadi sangat bengis dan memberi kesan meremehkan diriku bahkan menginjak injak martabatku sebagai seorang suami dan mulutkupun semakin kelu dan ternganga ketika Mbah Kotim mendemonstrasikan lidahnya yang membesar dari ujung ke pangkal lidahnya seperti bola tennis meliwati lidahnya dan hiiiiihhh lidah itu dapat memelintir dan semakin besar kaleng parfum axe. kemudian Mbah Kotim berpaling ke istriku “Jeng, kau akan merasa awal kenikmatan yang tiada tara,” istrikupun menunduk memandang wajah Mbah Kotim dan “eeeeh…..” istriku mendesah ketika mulut Mbah Kotim mencaplok kemaluan istriku. Tak lama kemudian, “mbaaah …. lidahmu kok masuk ke torokku, eeehhh mbaaaahh ujjjuuung liiidaaahmu bergettttaaaarrrrr….oooooh mbaaaahhh lidahmu ooooohhh besaaaaaar mbaaaaah oooohhh besaaaaarrr heeeh,” kelihatannya Mbah Kotim menarik lidahnya. “Enak, jeng? “He eh, kok besar ya mbah, rasanya lebih besar dari kontol suamiku,” istriku menerangkan. “Aku takut suamiku bangun karena teriakanku, mbah.” “Dia tidur pulas lagi pula hujan deras di luar membuatnya semakin anler atau kalau tetap nggak percaya biar kubawa sini”. “jangan, mbah…,”pinta istriku “Jeng, boleh teriak apa kau tak percaya kemampuan Mbah Kotim. Jangankan suamimu seluruh orang desa tak akan berkutik padaku.” “Iya mbah, aku percaya mmmpfff,” istriku mendesah lagi begitu mulut Mbah Kotim melahap kemaluan istriku lagi. “Ooooohhh mulai lagiii….. ooohh mbaaaah bessaaaaarrrr ooohhhh mbaaaaahh semakin masuuukkk ke toroookkkkuuuu ooooohhh toroookkkkuuu sseeesssaaaakk mbaaaah ooohhh koookk panjaaang sekaliiii liiiidaaaahmuu oooooh mmbaaahhhh heeeh ooohhh koook teruuss masuk semakiiiin dalaaam ke torookkkuuu mmbaaah ooohh ennnaaaak mbaaah oooh…. mbaahhh ujung lidahmu bergetaar semakiiin kerrass……. Memang istriku selalu meracau bila bersetubuh denganku dan menceritakan kenikmatan yang dirasakannya sewaktu bersenggama dan racauan itupun semakin jelas. Yang tadinya aku tak percaya ketika Mbah Kotim menjulurkan lidahnya mendemontrasikan padaku, kini aku percaya 100 persen ketika istriku semakin keras merintih “Mbaaaah lidahmu panjaaangg ddaaan oohh semakin besar ooohhh aku tak pernaah sedalaam ini mmbaaah oooohh muuluuuut rahiiiiimkkuu oooooh mbbbbaaaaaaah akkuuuuuu tak tahaaaaaan akkkkuuuuuu keluar mbaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh.” Istrikupun mengejang ketika orgasme yang ketiga dan kini tangan Mbah Kotim melepas pelukan di tubuh istriku dan turun memeluk pantat istriku yang bahenol. Istrikupun memeluk erat kepala Mbah Kotim yang berambut jarang dan “Oooh lidah mbah kok ooohh mentool kaaayaak bolaaa dipangkalnyaaa mbaaah terlalu bessaaaar….aaahhh” Istriku menekan pinggulnya kedepan, saking kerasnya Mbah Kotim yang jongkok di antara kedua paha mulus istrikupun terjengkang dan tubuh istrikupun terikut sehingga posisi Mbah Kotim telentang di lantai sedangkan posisi istriku jongkok seperti katak menghadap tempatku mengintip dan kedua tangannya di lantai dimana lidah Mbah Kotim tetap di dalam torok istriku. “Mbaaah heeeh heeeh rasanya bola itu mulai ooooohhhh maaaassuuuuk ke dalaaaammm tooorokkuuuu….aahhh mbbaaaahhh Koootiiiiiimm’ Kedua tangan Mbah Kotim tetap memegang pantat istriku dan meremas remasnya . “sudah mbah .. lepaskan mbah oooohhhh aku tak kuat mbah ooooohh mbaaaaaahhhh aampuuuun mbaaah ampuuuuuuun mbaaaaaah ooooh mulut rahimku ooooh bolanya ooooohhhh sssaaaakkiiiiiiiiiiiiiiiiitttt” Istrikupun berusaha menggangkat pinggulnya agar lidah Mbah Kotim terlepas dari toroknya tangan istriku berusaha menggapai benda di dekatnya untuk tumpuan. “ooohhhhh sssaaaaakkkiiiiiiiitt mbaaaaaahhhh ooohhhh,” istriku mengeluarkan airmatanya. Istriku kini tersungkur lemas beberapa saat kemudian kedua tangannya mulai menopang tubuhnya sedangkan posisi kakinya tetap jongkok terkangkang lebar. Istriku mengusap air matanya dan beberapa saat kemudian pantat istrikupun menekan ke bawah ke kepala Mbah Kotim. “Mbah oooohh oooohhh” dan pinggul istrikupun naik turun makin lama semakin cepat sepertinya lidah Mbah Kotim menyetubuhi istriku. “Mbaaaah ooooohhh ennaaaak……..,” desis istriku dan pinggulnya seperti terkena aliran listrik yang besar sehingga naik turun dengan cepatnya sedangkan tubuh istriku tegak dan kedua tangannya bertumpu di sisi kepala Mbah Kotim sampai akhirnya “Mbaaaaahh akkkuuuuuu gaaaaak kuaaaaattt ooooh mbaaaaaaaaaah aku keluuuuuuuaaaaaaaaaar,.” Tubuh istrikupun jatuh tertelentang setelah mengejang beberapa saat karena orgasmenya yang keempat sehingga kepala istriku dikaki Mbah Kotim kakinya tertekuk dan kedua paha istriku menjepit kepala Mbah Kotim. Baru kali ini istriku orgasme lebih dari tiga kali dan “Mbaaaaaaah lidah mbah kok melintir begini oooooohh mbaaaaahh akuuuuuu keluaaaar laaaagggggi heg…heg” Gila istriku bisa orgasme yang ke lima kalinya dan kulihat dengan jelas lidah Mbah Kotim mulai keluar dari torok istriku dan bibir vagina istriku sepertinya membengkak. “Heeeh,” desah istriku setelah lidahnya yang dilumuri cairan vagina istriku keluar dari torok istriku. Mbah Kotim pun melepaskan tubuhnya dari himpitan tubuh istriku dimana rok spannya sudah naik di atas perutnya yang menyembul dan kedua payudaranya tertutup blousenya yang tak terkancing. Mbah Kotim kemudian menarik kedua kaki istriku yang sudah lunglai itu mendekati pintu kamar tempatku mengintip dan dikangkangkan kedua kaki istriku lebar-lebar karena hanya sekitar satu meter dari pintu kamar aku dapat melihat liang vagina istriku yang terbuka. Mbah Kotim pun memposisikan dirinya diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar dan memelorotkan celana komprang hitamnya, kulihat istriku yang lunglai berusaha mengangkat kepalanya untuk melihat selangkangan Mbah Kotim, tetapi karena baju hitamnya besar Jeng Yatiakin istriku tak dapat melihat. Akupun menjadi ngeri ketika Mbah Kotim memegang penisnya mengarahkan ke liang vagina istriku betapa tidak karena kulihat begitu jelas kontol Mbah Kotim sebesar kaleng Coca Cola dan panjang sekitar 25 cm dan helmnya lebih besar dari kontolnya sehingga seperti jamur besar dan hhiiiiihh aku begitu jijik melihat urat-urat kontol Mbah Kotim yang sebesar cacing tanah menonjol dan melingkar tak beraturan di permukaan kontol Mbah Kotim. Istriku mengelinjang lemah ketika ujung kontol Mbah Kotim digesek-gesekkan ke bibir vagina istriku dan kemudian ke itil istriku dan akhirnya ujung kontol Mbah Kotim ditempel kan ke liang vagina istriku yang menganga lebar itu. “heeeggh oooh …” Mbah Kotim pun menekan kontolnya ke liang vagina istriku “Sudaaah mbaaaahh” “Lho kontolku belum masuk kok bilang sudah ini rasakan” “Mmm oooohhh mmbaaahh kkontolmuuu terlalu besaar buatku mbaaahh” Istriku terpekik ketika dengan kasarnya Mbah Kotim memasukkan helm kontolnya ke liang vagina istriku sehingga kulihat bibir vagina istriku terlihat mengelembung menerima besarnya helm kontol Mbah Kotim. “Gimana, jeng kontolku? ” tanya Mbah Kotim “Mbah, aku tak sanggup rasanya kontolmu terlalu besar mbah, rasanya torokku sakit” “Kalau dibandingkan dengan punya suamimu,” “Kontol Mbah Kotim jauh lebih besar dari punya suamiku, tapi ini sakit, mbah” “Kalau begini….?”Mbah Kotim mengerak-ngerak kan helmnya sedikit masuk dan menariknya,satu kali, dua kali “Mbah ooooh torokkuu ooooh seperti digaruk garuk oooh oooh oooohh ennnaaaaaak oooohh”rupanya lipatan helm kontol Mbah Kotim menggesek ngesek G Spot istriku dan “Mbaaah akuuuuuu oooooh aku mau keluaar oooooooooooooooohhhhhhhhheeggg heeegghh” istriku mengangkat pinggulnya ketika mencapai orgasmenya yang ke 6 dan beberapa saat pinggul istriku terangkat dengan kasarnya Mbah Kotim menekan masuk kontolnya ke liang vagina istriku dan jeritan istriku yang menyayat pilu menggema di rumah Mbah Kotim dan sekitar 5 cm saja yang belum masuk. Istrikupun dipeluk oleh Mbah Kotim. “Sakit,jeng? “heeh iya mbah, aku tak mampu,’ “Apanya yang tak mampu,” “Torokku mbah, aku lemas mbah, tempikku rasanya sobek.”kata istriku terisak. “Sssst jangan nangis, kalau begini bagaimana,” Mbah Kotim mengerak ngerakkan pinggulnya naik turun “ooh oooooh mbaaahh bibir rahimku oooohh ooooh mbaaahh ennaaak terrus terruuus terusss mbah hegh terus mbaah ooooh oooooh mbaahhh aaakuuuu ooohhh akuuuu keluaaaaaaarrrr oooohh ……aiiiiiiiiiihhhhhh” Istriku berteriak lagi ketika bersamaan dengan orgasme ke 7 nya Mbah Kotim menusukkan kontolnya hingga amblas seluruhnya masuk ke liang vagina istriku. Mbah Kotim memeluk kembali istriku dan berkata “Kuambil keperawanan Jeng Yatiang kedua, kontolku masuk ke rahimmu dan setelah ini jeng akan merasakan kenikmatan yang lain” “Heeehh” desah istriku ketika Mbah Kotim mulai menarik keluar kontolnya dan “Mbaah kontolmu ada apanya kok hhhehh geliii ennnaaak oooohhhh,” Mbah Kotim menusukkan kembali kontolnya di liang vagina istriku Untuk kedua kalinya Mbah Kotim menarik kontolnya terus sampai hanya helmnya yang masih berada di dalam liang vagina istriku sehingga terlihat bibir vagina istriku menyembul keluar dan istriku merintih keenakkan “mbah Kontol mbah ennaaaaak seperti tidak rata” Mbah Kotim pun menusuk kembali dan makin lama semakin cepat dan istrikupun mendesah dan tubuhnya mengelinjang hebat sedangkan bibir vaginanya keluar masukmengikuti irama hujaman dan tarikan kontol Mbah Kotim. “Peluk aku mbaaaaah akuu mauuu keluarr lagi oooohhhh mbaaaaahhhhhh akuuuuuu keluar…. tubuh istrikupun menggelinjang dengan hebat pantatnya terangkat sehingga posisi tidurnya bergeser dan aku dapat melihat wajah istriku ketika mencapai orgasmenya yang ke 8. Berikutnya kulihat istriku menekan tengkuk Mbah Kotim ke bawah dan mengecup bibir Mbah Kotim dan istriku benar-benar sudah lagi merasa jijik melumat bibir Mbah Kotim dan kulihat istriku terbeliak sesaat dan “heeh heeh lidah Mbah Kotim masuk ke kerongkonganku hheh heeh aku haus mbah. “Buka mulutmu. minum ludahku” Istrikupun memalingkan wajahnya yang menampakkan kejijikan dan Mbah Kotim mengenjot pantatnya naik turun dan “oooh mbaaah oooohhh mbaahhh sudaaaaah ooooohh mbaaaahhhh aku keluaaaaarrrrrrrrr hehe hegh hegh Kulihat Mbah Kotim meludahi mulut istriku dan begitu banyaknya ludah dan secara otomatis istriku menelan ludah Mbah Kotim. Kudengar glek glek “Minum ludahku lonte ayo terus minum lonteku,” kata Mbah Kotim. Istriku yang selama ini ku sanjung sudah bukan lagi nyonya tetapi sudah menjadi lonte Mbah Kotim. Aku pun tak kuat membendung air mataku ketika istriku dengan keras mengulang kata-kata Mbah Kotim: “Jeng Yati adalah lonte Mbah Kotim” “Heeehh” istriku mendesah ketika Mbah Kotim mencabut kontolnya dari torok istriku dan Mbah Kotim mengkangkangi tubuh lunglai istriku, kedua mata istriku terbelalak melihat kontol Mbah Kotim yang besar dan panjang itu “Ayo duduk lonteku” Dengan susah payah istriku duduk dan kemudian menirukan kata-kata Mbah Kotim “Lonte Yati akan mengemut kontol Mbah Kotim.”kata istriku Dan Mbah Kotim pun memaksakan kontolnya yang basah oleh lendir vagina masuk ke mulut istriku dan mulai pantat Mbah Kotim maju mundur “Ppppfff ppppfff,” suara itu berulang ulang “Enak lonteku,” dan gerakan pantatnya maju mundur semakin cepat. “Lonte Yati, Lonte Yati ennnaaak , ennaaak lonteku” Mbah Kotim memegang kepala istriku dan dengan brutal mengeluar masukkan kontolnya di mulut istriku yang tak berdaya “Lonteku aku mau keluaaar, telan air manikkuuu lonteku” Kulihat pantat Mbah Kotim terhentak begitu dia ejakulasi di mulut istriku dengan serta merta tangan kanannya memegang erat kepala istriku dan tangan kirinya menutup lubang hidung istriku. Kulihat istriku sempat tersedak dan kemudian dari gerakan leher istriku kulihat istriku meminum airmani Mbah Kotim Mbah Kotim meracau ” Minum pejuku lonte…. minum pejuku lonteku,” Kulihat airmani Mbah Kotim ada yang meleleh dari mulut istriku ke dadanya ke payudaranya yang semakin montok Akupun berusaha kembali ke tempat tidur dan kudengar “Aku takut masuk kamar mbah,” “Masuk saja lonte,suamimu tidur, nih aku titip jariku malam ini” Istrikupun kulihat mengendap masuk dan jalannya mengkangkang, rupanya Mbah Kotim benar-benar menitipkan jarinya di liang vagina istriku Sete lah membersihkan dirinya dan mengganti rok dan blousenya dengan daster tanpa BH dan celana dalam istrikupun tidur disebelahku memelukku. Sesaat kemudian istriku memunggungiku dan kontolku yang dari tadi lunglai menjadi ngaceng begitu ketika dari kegelapan kulihat pantat istriku bergoyang teratur dan makin lama tak beraturan dan memeluk guling sampai dasternya tersingkap sehingga kulihat ritme goyangan istriku dengan jelas dari pantat bahenol istriku. Akupun mengocok kontolku yang tegang melihat pemandangan itu dan nafas istrikupun semakin berat dan “Heeh” kudengar istriku mendesah dan bersamaan dengan itu pejukupun muncrat dan membuat aku tidur.
Pagi harinya aku tak mendapatkan istriku, kulihat sudah pukul 6.00. Dengan membawa handuk aku menuju kamar mandi. Tak tampak baik Mbah Kotim maupun istriku. kamar Mbah Kotim pun terbuka tapi tak ada orangnya sampai akhirnya aku sampai pada kamar belakang. Mbah Kotim menerangkan katanya dulu dipakai cucu lelakinya dan istrinya. Ku dengar suara erangan istriku “Mbaaah ennnnaaaak lebiih ennaaakk inniiii dari kontol Mbah Kotim yang tadi malam, aku senang yang besar tapi loyo membuat torokku semakin gatal, mbah…” “Tahu gitu aku gak pakai ilmuku, Jeng Yati, lonteku” Akupun mengintip dari lubang kunci dan kulihat istriku yang sudah bersepatu dan berdandan memakai blazer kuning dan rok span hitam yang sudah tersingkap memperlihatkan pantatnya tangannya berpengangan pada meja rias sedang disetubuhi Mbah Kotim dari belakang dengan gaya doggy style
“Jeng Yati, lonteku, kau tambah cantik, bikin Mbah Kotim tak kuat” “Aku juga mbaaah, ceppaaaat genjot kontolmu,mbaaah oooooh aku mau keluaaaaar” “Iya lonteku, ayoo samaa sammaaaa ooooh Kulihat lelaki tua dan istriku yang dapat dikatakan cucunya mengelinjang mengeluarkan mani bersama sama dan Jeng Yatiang juga beronani mengintip perbuatan mereka.
Sete lah mandi kulihat mereka berdua duduk di ruang keluarga seperti tidak terjadi apa-apa dan kamipun makan pagi bersama di meja makan Sesekali kulihat tubuh istriku bergeser ke depan utamanya pantatnya tak pernah diam. Aku pura-pura tidak tahu walaupun sebenarnya aku tahu kalau jari-jari kaki Mbah Kotim menggarap itil dan tempik istriku karena mereka berhadapan dan kaca lemari di belakang duduk Mbah Kotim memantulksn adegan kedua kaki istriku yang terkangkang tanpa memakai celana dalam. Aku tahu dengan ilmunya Mbah Kotim dapat memasukkan jempol kakinya yang mungkin diperbesar seperti kontol ke dalam liang vagina istriku.
Begitu aku makan selesai, aku berpamitan ke kamar untuk mengambil HP dan arloji ku. Begitu aku masuk aku langsung mengintip dari selambu dan kini kedua tangan istriku diantara selangkangannya memegangi kaki Mbah Kotim dan “heeh heeeh” kudengar dengusan nafas istriku mencapai orgasme ke 2 pada pagi itu.
Setelah aku rasa istriku tidak lagi memburu, aku keluar dari ruangan. Terlihat istriku dan Mbah Kotim berlagak tidak terjadi apa-apa.
Aku dan istrikupun berangkat ke balai desa. Dalam perjalanan, tak terucap satu patah katapun dari mulut istriku. Aku meras begitu bangga dengan istriku yang kutahu bahwa tak ada lagi yang menutup kedua payudaranya selain blazer kuningnya dan bila diperhatikan dengan seksama kedua pentil susunya tampak menonjol dari balik blazer tebalnya.
Istriku memberi pengarahan pada mahasiswa PKN dan merekapun meninggalkan tempat ke pos masing-masing untuk mengerjakan program-program hari Sabtu itu. Kebetulan karena aku berada di dekat pelataran agak tersembunyi, kudengar bisikan dari mahasiswa yang berbadan tegap, berkulit hitam dan rupanya dia adalah anak Papua kepada temannya yang Cina, “Lie, kau lihat Bu Yati tadi?” “Ya, tambah montok,” kata anak Cina itu “Bukan itu saja Lie, kelihatannya Bu Yati, nggak pakai BH dan celana dalam,” “Thomas, kau ngaco Thom, jangan berpikiran buruk begitu,” kata Lie “Taring babi rusaku nanti yang bisa membuktikan,” kata Thomas “Ah.. nggak ikutan, ayoo.. jangan berpikir jorok terus pada Bu Yati,” kata Lie dan kulihat mereka tertawa-tawa meninggalkan pelataran Balai desa. “Aku coba Lie…..ha … ha ….,” ku dengar ocehan Thomas.
Akupun menuju pendopo Balai Desa dan setelah memberi salam pada Pak Carik yang layaknya kayak anak muda dengan memakai setelan kaos dagadu dan memakai jean walaupun umurnya menginjak 60 tahun.
“Bu Yati, bisa ke kantor saya sebentar, hari ini Pak Kades sedang rapat ke Kabupaten, ada yang perlu saya bicarakan dengan ibu” kata pak Carik. “Ya, pak,” jawab istriku. “Tunggu ya, mas,” kata istriku berpamitan.
Aku menunggu di ruang tunggu di dekat kantor Pak Kades yang sepi karena perangkat desa lainnya ditugaskan mengikuti kelompok-kelompok PKN. Sete lah 30 menit berlalu, aku mulai gelisah dan entah mengapa seperti terhipnotis aku kemudian terasa lemas dan kakiku seperti tertarik menuju kantor Pak Carik yang tersembunyi di pojok belakang tetapi masih satu bangunan dengan Balai Desa itu.
“Pak Cariiik……,” ku dengar rintihan istriku. Akupun menuju jendela nako reyben di pojok ruangan. Rupanya jendela nako itu sedikit terbuka dan selambunya tertutup. Angin tiba-tiba berdesir sehingga tersingkap sedikit selambu Yang mentupi jendela nako itu, dan ku lihat lagi pemandangan mesum dimana istriku sedang bejalan mengikuti pak Carik yang menuju kursi kerjanya. Istriku berjalan setapak setapak karena pinggulnya maju mundur dan tertarik naik ke atas. “Sudaaah, pak,” pinta istriku agar Pak Carik tidak mempermainkannya. “Lho, belum apa-apa kok sudah to Bu Yati,” katanya. “Ayo lebih dekat sini biar lebih cepat,” Begitu Pak Carik duduk di kursi kerjanya, kulihat gerakan maju mundur pinggul istriku semakin cepat sehingga tangannya tanpa sadar memegang kedua pantatnya yang bahenol itu dan kelihatan bukannya menahan laju goyangan pantatnya malah karena menahan terlalu kuat maka tangan istriku menjadi meremas remas pantatnya sendiri. “Wah Bu Yati, sudah “bolong”, ya,” tangan kiri pak Carik meraih pundak istriku dan memijitnya. “Oooooohh …… paaakk,” dan pangkal paha istrikupun terangkat naik “Eeeehhhh …….,” istriku mendesah begitu tangan kanan Pak Carik menyusup di rok span hitam istriku yang rupanya elastis menuju pangkal paha istriku. “Oo eehh…….., jaaaaangaaaaan paaaak, ssuamikkku di luaaaarrr…..,” rintih istriku “OOO… jembutmu lebat Bu Yati, aku suka ini,” tangan kanannya semakin liar menggosok ngosok selangkangan istriku. Tangan kiri Pak Carik menarik tengkuk istriku yang menggelinjang sehingga sampai istriku duduk di meja dan berhadapan dengan pak Carik yang duduk di depannya. Kedua Lutut istrikupun dibuka lebar dan kudengar Pak Carik menghirup selangkangan istriku yang langsung mendesah-desah. “Jaaangggaaaaaan paaaak ooohh heeeh ,,, oooohh…. heeeehhh,” Pak carikpun semakin menekan kedua lutut istriku hingga rok span elastisnya tersingkap dan mempertontonkan kedua paha mulusnya. Kini suara hirupan dari selangkangan istriku semakin keras kecipak kecipuk sampai akhirnya istriku pun tertelentang di meja kerja pak carik dan kedua tangan istriku meraih apa saja yang bisa diremasnya dan kedua kaki mulusnya terkangkang semakin lebar menerima serangan Pak Carik yang semakin ganas. Kedua tangan pak Carik yang sudah keriput itupun menyusup balzer kuning istriku dan kulihat dibalik balzer istriku kedua tangan pak Carik meremas remas kedua payudara istriku yang menjadi montok itu.
Pak Carikpun berdiri dan tangan kirinya menggobok ngobok selangkangan istriku dan tangan kanannya membuka resleting celana jeannya tanpa melepas ikat pinggang dan begitu tangannya meroogoh selangkangannya keluarlah kontolnya yang tidak begitu tegang sebesar botol fanta dengan kepalanya yang lebih besar dari batang kemaluannya.
Karena agak lemas kontolnya dipukul=pukulkan pada selangkangan istriku yang bereaksi mengangkat pinggul bahenolnya sambil mendesah.” oooh ….oooooh …” pak .. pak .. pak. Tangan kanannya terus memegang kontolnya sambil memukul=mukulkan di selangkangan istriku sedangkan tangan kirinya membuka laci meja kerjanya, rupanya Pak Carik mencari sesuatu di laci meja kerjanya dan kedua tangannya membuka sesuatu. Ku tahu kondom. Se telah aku berkonsentrasi ku lihat kondom itu begitu aneh berbintik bintik, bahkan tampak seperti lingkaran-lingkaran kecil di permukaannya. Istriku yang tertelentang di meja kerja pak carik terdiam sesaat ketika Pak Carik memasang Kondom berdurinya dan kontolnya pun diarahkan ke selangkangan istriku dan “Oooohhh …..sssaaaakkiiiiiiiiitttt…..paaaaaaakkk ……..” Istriku yang berusaha bangkit ditindih pak Carik yang dengan kasarnya memasukkan kontolnya yang besar dan berduri ke dalam liang vagina istriku yang berkelejot kesakitan. “Ammmppuuunnnn paaaakkk, jangaaaan sakiti sayaaaaa……..” kudengar rintihan istriku sedangkan kulihat pinggul pak Carik terus menurun sampai “Kau sudah dobol, Bu Yati. Mbah Kotim sudah ndoboli rahimmu, ya” tanyanya sambil menyambak rambut pendek istriku. Akupun terhenyak dan aku berkehendak mendobrak pintu tapi belum kusentuh pintu itu dengan tiba-tiba pintu itu terbuka. “Sini, mas lihat sini,” Akupun tak dapat berkata apa-apa dan entah kenapa aku mendekati meja kerja pak Carik dimana istriku tertelentang dengan kedua kaki mulusnya yang terkangkang lebar. “Sini dekat sini. mas,” dan braaaak pintu tertutup dengan keras. “Maaaass maaa aafff, maaass,” istriku pun menjerit histeris ketika melihatku mendekat. “Ambil kursiku duduk disebelah sini,” akupun menurut perintah Pak Carik dan duduk sehingga tampak jelas kontol Pak carik yang masih tersisa sekitar lima centi di luar liang vagina istriku yang terus terisak. “Bojomu sudah dobol, mas. Kalau perempuan rahimnya sudah didoboli dengan kontol orang berilmu, maka setiap lelaki yang berilmu pasti akan ingin nggitik nggentot bojomu, percaya aku… eeh ini enaak lonte…”
Pak carik mengenjot dengan keras dan rintihan istrikupun semakin menyayat dan kini kulihat kontol berduri pak Carik dengan kekuatan penuh keluar masuk liang vagina istriku dan kulihat jelas empik alias bibir vagina istriku keluar masuk mengikuti keluar masuknya kontol berduri pak Carik.
Pak Carik menarik kontolnya dan melepas kondom berdurinya berputar mengelilingi meja kerjanya dan mengarahkan kontolnya yang besar ke mulut istriku yang tak berdaya dan kontol itupun dikeluarmasukkan ke mulut istriku dengan ganas sehingga “Lonteee Y, akuuu metuuuuu …… minum pejuuuuu kuuuuuu,” sambil terus menekan kepala istriku di meja. dan tegukan demi tegukan dari kerongkongan istriku terdengar hingga beberapa tetes air mani pak carik keluar dari mulut istriku. “Ayooo sedot Lonte Yati,” istriku menyedot nyedot kontol pak Carik hingga bersih.
Pak Carik keluar dari ruangan dan aku pun tersadar melihat istriku terkapar tak berdaya. “maaf, mas,” katanya lirih akupun memeluk istriku. Se telah ku dudukan dan akupun mengajak istriku pulang ke rumah Mbah Kotim.